Bisnis.com, JAKARTA - Di balik sebuah musibah, pasti ada tangan-tangan dingin yang saling bergandengan bahu membahu memberikan bantuan. Kala ada mata-mata yang bersembunyi menyelamatkan diri sendiri, mereka tampil sebagai makhluk sosial sebagaimana mestinya.
"Tuhan memanggil saya," kata Desainer Anne Avantie yang tergerak untuk menjahit coverall jumpsuit atau yang kerap disebut baju hazmat, salah satu alat pelindung diri (APD) untuk para petugas medis, kala dihubungi Bisnis, Jumat (27/3/2020).
APD saat ini menjadi bagian yang sangat penting bagi para pahlawan kemanusiaan yang tak lain adalah dokter, petugas medis, hingga pegawai rumah sakit. Mereka adalah garda terdepan dalam penanganan pandemi virus corona yang jumlah kasusnya meningkat dari hari ke hari.
Anne mengaku mendapat anugerah panggilan dari Tuhan untuk terlibat aktif mengatasi pandemi ini. Dia tersentuh dengan perjuangan para dokter dan petugas medis menyelamatkan orang lain dari virus corona dan meninggalkan kepentingan diri mereka sendiri.
Sementara di satu sisi, ironi ketika sebagian orang berlomba-lomba menimbun makanan, mencari aman sendiri, memperhatikan diri sendiri, takut berlebihan, panik sehingga tidak berbuat apa-apa.
"Itu yang buat saya berani untuk mencuat ke permukaan tidak bersembunyi," sebut Anne.
Perancang busana Indonesia yang terkenal melalui beragam koleksi kebayanya ini lantas memutar operasional usahanya. Dia menghentikan 100% pembuatan kebaya dan mengalihkannya untuk menghasilkan baju hazmat yang menjadi komponen penting APD bagi para dokter dan petugas medis.
Berbekal contoh baju hazmat dari Rumah Sakit Elisabeth Semarang, Anne membedahnya dan membuat pola. Dia membeli bahan baku sesuai standar yang diberikan RS.
Anne menyebut bahan baku untuk pembuatan hazmat mudah didapat. Memang ada bahan baku untuk skala medis yang dijual PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex, namun pedoman dari RS sudah cukup bagi mereka yang ingin membantu untuk membuat APD skala rumahan.
"Orang punya alasan karena menghentikan perjuangan. Orang kalau berjuang tidak berhenti, pasti Tuhan buka jalan," tuturnya.
Produksi baju hazmat yang dibuat Anne terbilang dalam skala kecil mengingat keterbatasan mesin jahit. Pengerjaannya pun dilakukan secara manual karena memang yang dijahit biasanya adalah kebaya.
"Karena sifatnya ini sebuah pekerjaan yang didasari niat baik, tetapi mesin kami sangat terbatas," imbuhnya.
Namun Anne akan terus berusaha. Dia akan terus memproduksi hingga Indonesia pulih dari pandemi virus Corona. Anne akan terus menyalurkan secara gratis APD sesuai permintaan yang dikirimkan melalui e-mail ke [email protected].
Dia akan terus berjuang menyediakan APD, menjadi contoh dan berharap agar para penjahit di seluruh Indonesia tergerak untuk membantu membuatnya. Begitu pula para industri garmen yang diyakini bisa memproduksi dalam skala besar.
Kerelaan menjadi kunci. Untung rugi perusahaan tak lagi menjadi penting dalam situasi saat ini.
"Jangan seperti pengusaha yang takut miskin," tegasnya.
Dengan bergandengan tangan, dia yakin APD untuk petugas medis akan tercukupi. Sementara itu, selain baju hazmat, Anne mengaku juga telah menyalurkan APD lainnya seperti masker dan hand sanitizer.