Bisnis.com, JAKARTA -- Pernahkah Anda merasa bahwa Anda tidak enak badan ketika membaca atau menonton televisi berisi berita tentang pandemi virus corona?
Tubuh Anda terasa menunjukkan gejala yang sama dengan para pasien positif COVID-19 walaupun suhu tubuh normal? Artinya anda terkena reaksi psikosomatik.
Dokter Spesialis Kejiwaan Dr Andri menuturkan bahwa psikosomatik adalah adanya kondisi psikologis yang menyebabkan gejala fisik. Salah satu yg membuat reaksi ini bisa timbul adalah kecemasan kita yang dipicu oleh berita-berita yang terus menerus terkait COVID19 ini.
Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita jadi terlalu aktif bekerja, akhirnya kadang dia tidak sanggup mengatasi kerja berat itu. Amygdala yang bekerja berlebihan ini juga mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan, orang jadi selalu dalam kondisi FIGHT or FLIGHT atau siaga terus menerus. Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatik muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman.
“Tetapi sebenarnya konteksnya psikosomatik pada kondisi stress lama karena ini punya potensi. Karena wabah belum mencapai akhir, nanti kedepan orang mulai mencapai stress akut karena kekhawatiran berlebihan ditambah banyaknya informasi juga,” ujarnya dalam sesi siaran langsung Instagram @andripsikosomatik, Kamis (9/4/2020).
Dia menambahkan bahwa orang yang sehat bisa merasakan efek dari psikosomatik ini karena reaksi emosional, sifat bawaan manusia. Perubahan tiba-tiba yang membuat tidak nyaman membuat orang menjadi berubah, lalu tidak siap dan terjadilah gejala-gejala kecemasan atau psikosomatik.
Yang justru menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana membedakan sakit karena ragu psikosomatik atau benar-benar sakit. Ternyata hal itu bisa dilihat dari fisiologi si orang tersebut, “Orang yang mengalami psikosomatik ada efek gejala kecemasannya dominan, memang tetap sebagai dokter harus melihat dulu apakah ini sesuatu yang ada dasarnya atau cek hormon tiroidnya. Fisiologi yang tidak jelas misalnya hari ini ada rasa tidak enak di dada besok tidak enak berbeda tempatnya.”
Ia menambahkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan, seperti dengan melakukan social media distancing, tidak perlu melihat atau membaca hal-hal yang menambah kecemasan seperti jumlah kematian dalam pandemi ini. Bisa juga dengan berbicara dengan orang lain.
“Berbicara atau bercerita dengan orang lain adalah salah satu cara meringankan atau mengurangi stress itu juga dianjurkan oleh WHO. Tapi fokus bicaranya jangan COVID-19 tapi yang lain misalnya rencana apa yang positif yang bisa dilakukan nanti.