Bisnis.com, JAKARTA – Kanker payudara masih menempati kasus kanker terbanyak di Indonesia. Penyembuhan kanker ini bisa dilakukan beberapa proses.
Menurut Medical Department Kalbe Farma, dr. Hastarita Lawrenti, ada 5 penyembuhan yang bisa dilakukan bagi seseorang yang menderita kanker payudara. Pertama, operasi atau bedah untuk mengangkat massa tumor dari payudara. Kedua, radiasi. Ketiga, terapi hormon. Keempat, kemoterapi. Kelima adalah targeted therapy.
“Bedah pada kanker payudara atau breast-conserving surgery masih bisa diberikan pada pasien kanker payudara stadium dini atau tahap awal. Prosesnya itu bedah yang hanya mengangkat massa atau benjolan tumor, bukan semua sel kanker dan getah bening,” ujar Hastarita dalam konferensi pers dengan Kalbe Farma, Selasa (8/9/2020).
Kegiatan ini mencakup dengan lumpektomi atau mastektomi parsial atau mastektomi segmental. Biasanya bedah ini tidak berhenti setelah proses pengangkatan. Umumnya pasien masih akan mengikuti proses radioterapi.
Proses penyembuhan berikutnya adalah mastektomi, dimana proses ini dilakukan pada pasien yang tidak dapat melalui proses breast-conserving surgery.
Proses ini dilakukan jika kontraindikasi radioterapi atau ada hasil buruk dengan lumpektomi. Meski demikian, ada opsi lain sebelum mastektomi yang bisa dilakukan yakni dengan kemoterapi neoajuvan.
Melalui mastektomi, sel kanker payudara artinya membuat sebagian dari payudara ini bisa hilang. Alhasil banyak dokter yang bisa merekomendasikan tahap awal kemoterapi neoajuvan.
“Artinya kemo diberikan sebelum terapi utama. Tujuannya, untuk mengecilkan ukuran tumor dan lebih mudah dilakukan pembedahan,” jelas Hastarita.
Adapun proses mastektomi memiliki beberapa dampak yang perlu diantisipasi pasien. Dari sisi medis, mastektomi mengakibatkan perdarahan, infeksi, nyeri, pembengkakan pada lengan, pembentukann jaringan parut pada tempat bedah, bahu yang terasa kaku, mati rasa hingga hematoma.
Selain itu mastektomi juga memberi dampak psikologis bagi para penyintasnya antara lain; citra tubuh berkurang, feminitas berkuang, hingga perasaan bahwa tubuh telah dimutasi.
Imbasnya, penyintas justru bisa mengalami penurunan kepercayaan diri. Imbas lainnya adalah kecemasan pada kepuasan kehidupan seksual dan bisa mempengaruhi estetika.