Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah relawan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pengembangan vaksin virus corona (Covid-19) milik Johnson & Johnson setelah mengetahui relawan AstraZeneca jatuh sakit.
Kepala Unit Uji Klinis La Paz University Hospital, Madrid, Alberto Borobia mengungkapkan ada sejumlah relawan vaksin virus corona yang mengundurkan diri. Namun, dia tidak menyebutkan secara spesifik jumlah yang mundur untuk uji klinis.
"Banyak yang telah menelepon untuk menanyakan lebih detail tentang risiko vaksin, apakah yang terjadi dengan vaksin (AstraZeneca) itu ada hubungannya dengan yang sedang dipelajari (Jhonson & Jhonson)," ujar Borobia seperti dikutip dari Tempo, Kamis (17/9/2020).
Uji coba vaksin Covid-19 AstraZeneca sempat ditangguhkan di seluruh dunia pada 6 September setelah efek samping yang misterius dilaporkan terjadi pada seorang sukarelawan di Inggris. Uji sudah dilanjutkan lagi di Inggris dan Brasil per Senin lalu setelah mendapat lampu hijau dari regulator Inggris, tapi tetap ditahan di Amerika Serikat.
Adapun uji klinis di Spanyol dijalankan oleh unit Johnson & Johnson Belgia yang memulai uji coba Fase II. Sebanyak 190 orang di Spanyol terlibat di dalamnya. Mereka rencananya disuntikkan calon vaksin itu pada Senin dan tes akan selesai pada 22 September mendatang.
Uji coba dilakukan di Belanda dan Jerman, sehingga jumlah total peserta di ketiga negara sebanyak 550 orang. Uji klinis tahap 2 dirancang untuk menguji dosis yang aman untuk digunakan setelah tahap pertama memastikan keamanannya. Fase tiga atau akhir nanti yang akan menguji kemanjuran vaksin.
Johnson & Johnson, juga AstraZeneca, termasuk diantara sembilan perusahaan yang pada pekan lalu mendeklarasikan komitmennya menegakkan standar ilmiah dalam pengembangan vaksin Covid-19. Di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa standar keamanan dan kemanjuran mungkin tergelincir untuk menghentikan pandemi.
Borobia mengungkapkan bahwa relawan fase tiga nanti bakal jauh lebih beragam daripada fase II saat ini yang hanya melibatkan orang-orang dalam keadaan sehat. Relawan itu dibagi menjadi mereka yang berusia 18 hingga 55 tahun dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
"Tahap ketiga, kami bakal memasukkan semua tipe orang. Perlu memasukkan sejumlah pasien hipertensi, pasien kulit putih, pasien Asia. Populasi di Fase III benar-benar heterogen," kata Borobia
Johnson & Johnson bertujuan menguji calon vaksinnya itu pada 60 ribu orang secara global. "Dengan sepertiga dari Amerika Latin, wilayah yang saat ini terpukul pandemi Covid-19 paling parah," kata Josue Bacaltchuk, wakil presiden urusan medis untuk unit Johnson & Johnson di wilayah tersebut. Vaksin pertama disebutnya akan tersedia pada awal 2021