Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (Korea Disease Control and Prevention Agency/KDCA) mencatat hanya ada tiga dari 1.379 orang di negara tersebut yang memiliki antibodi virus SARS CoV-2 penyebab Covid-19.
Melansir The Korea Times pada Senin (23/11/2020), dari tiga orang yang memiliki antibodi virus tersebut, dua memiliki antibodi penetral yang dapat melindungi sel dari patogen dan memblokir infeksi.
Tes antibodi yang dilakukan di negara itu menunjukkan bahwa memperkuat pandangan bahwa upaya penahanan yang agresif mungkin berhasil mengekang prevalensi virus.
Menurut KDCA, Dari tiga orang tersebut, dua adalah kasus impor dan satu lainnya tidak mendapatkan tes virus.
Tes serologi ketiga dilakukan pada 1.379 orang di seluruh negeri antara 14 Agustus dan 31 Oktober 2020.
Tes ketiga mengkonfirmasi bahwa ada orang yang tidak terdiagnosis yang terinfeksi virus corona di komunitas lokal, kata Jeong Eun-kyeong, kepala KDCA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekebalan kelompok, yang mengacu pada skenario di mana cukup banyak orang dalam suatu komunitas mengembangkan kekebalan terhadap infeksi sehingga infeksi berhenti menyebar, tidak mungkin dilakukan di Korea Selatan.
KDCA mengatakan upaya penahanan adalah satu-satunya cara untuk memperlambat penyebaran virus sampai vaksin yang efektif tersedia.
Para ahli juga mengatakan itu biasa terjadi pada orang yang dites positif terkena virus tetapi tidak menunjukkan gejala kehilangan kekebalan mereka.
Tingkat antibodi 0,07 persen di Korea Selatan terbilang sangat rendah, dibandingkan dengan negara lainnya. Di New York, Amerika Serikat (AS) memiliki tingkat 24,7 persen, London, Inggris dengan 17 persen dan Stockholm, Swedia dengan 7,3 persen.
Tes serologi diketahui digunakan di Eropa, As, Jepang, dan negara maju lainnya untuk mengetahui berapa banyak orang yang telah terinfeksi virus yang berpotensi mematikan itu.