Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian baru menemukan bahwa kekebalan Covid-19 bagi kebanyakan orang dapat bertahan lebih dari 8 bulan, bahkan berpotensi bertahan bertahun-tahun hingga dekade.
Dilansir dari Metro UK, Kamis (19/11) para peneliti menemukan bahwa tingkat sel B dan T yang penting untuk melawan penyakit, tetap stabil hingga 8 bulan sejak infeksi awal terjadi pada pasien.
Laju penurunan yang lambat juga menunjukkan bahwa sel-sel kekebalan ini dapat bertahan di dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama.
Kendati belum ditinjau atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, penelitian tersebut adalah tinjauan paling komprehensif dan jangka panjang tentang respons kekebalan tubuh terhadap virus corona baru.
Shane Crotty, ahli virologi di La Jolla Institute of Immunology yang ikut memimpin penelitian itu mengatakan bahwa jumlah ingatan kekebalan kemungkinan akan mencegah sebagian besar orang dari penyakit parah selama bertahun-tahun.
Dalam penelitian itu, peneliti mengambil sampel darah dari 185 pasien berusia 19 hingga 81 tahun yang dinyatakan positif terkena virus corona baru pada bulan-bulan pertama pandemi.
Tim peneliti yang berbasis di Amerika Serikat mengamati empat bagian dari sistem kekebalan untuk membangun gambaran keseluruhan dari tanggapan kekebalan ketimbang komponen individu.
Keempat bagian yang diamati tersebut adalah antibodi virus corona, sel B yang menghasilkan antibodi, dan dua jenis sel T yang membunuh sel yang terinfeksi.
Para ilmuwan menemukan bahwa lima bulan setelah infeksi awal, memori kekebalan yang terdiri dari setidaknya tiga kompartemen imunologi dapat diukur pada sekitar 90 persen subjek.
Memori kekebalan ini, yang terdiri dari berbagai antibodi, juga ditemukan tahan lama dan menurun sangat lambat - yang konsisten dengan kemungkinan mereka bertahan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.
Temuan menggembirakan ini telah didukung oleh bukti yang keluar dari kelompok penelitian lain, seperti sel memori kekebalan yang tersisa setidaknya tiga bulan setelah infeksi virus corona awal terjadi.
Pada pekan lalu, para peneliti dari Jerman menemukan bahwa pasien Covid-19 yang pulih juga memiliki sel kekebalan 'pembunuh' yang melindungi tubuh bahkan ketika antibodi sulit dideteksi.
Ahli imunologi terkemuka menyarankan bahwa hasil ini semuanya mengarah pada virus corona baru yang bertindak sebagai penyakit 'konvensional', setelah beberapa minggu kritis pertama telah berhasil dilalui.
Meskipun sejumlah kecil pasien ditemukan tidak memiliki kekebalan jangka panjang, kemungkinan setelah terpapar virus dalam jumlah yang lebih rendah, vaksin diharapkan dapat bekerja dan melindungi tubuh.
Tingginya jumlah pasien yang menunjukkan kekebalan jangka panjang juga menunjukkan bahwa vaksin mungkin tidak harus diberikan setiap tahun, seperti yang dilakukan pada mekanisme vaksin flu saat ini.
Studi terbaru menemukan bahwa penderita SARS (terkait erat dengan coronavirus 2019) masih membawa sel kekebalan lebih dari 17 tahun setelah infeksi pertama.
Meskipun studi baru-baru ini dari Imperial College London menemukan kekebalan terhadap Covid-19 dapat menurun dari waktu ke waktu, tidak jelas apakah ini akan menyebabkan pasien sangat rentan terhadap infeksi ulang.
Beberapa ahli imunologi menyarankan bahwa perbandingan dengan flu biasa, tidak akurat karena jumlah variasi genetik yang jauh lebih besar dibandingkan dengan virus corona baru.
Sementara yang lain telah mencatat bahwa adalah hal yang wajar ketika tingkat antibodi menurun dari waktu ke waktu, dan mereka hanya membentuk satu bagian dari sistem kekebalan.