Bisnis.com, JAKARTA - Para peneliti menemukan strain baru virus corona di California, Amerika Serikat. Digadang-gadang, jenis ini menjadi yang paling dominan di wilayah tersebut.
Dikenal sebagai L452R, strain ini pertama kali terdeteksi di Denmark pada Maret dan muncul di California pada Mei.
Pada Desember, para peneliti di University of California, San Francisco yang melakukan pengurutan genom virus corona berkumpul di seluruh negara bagian dan menemukan bahwa varian tersebut hanya ada 3,8 persen pada sampel mereka. Namun pada Januari, angkanya melonjak menjadi 25,2 persen.
Charles Chiu, salah satu peneliti yang memimpin pengurutan DNA Covid-19, mengatakan dia dan teman-temannya baru mengambil sampel kecil, sehingga belum bisa membuktikan bahwa varian ini lebih menular.
"Tapi ada tanda-tanda mengkhawatirkan bahwa varian ini mungkin sangat mudah menular," ujarnya seperti dikutip dari Express UK, Selasa (19/1/2021).
Pada Senin, varian baru telah diidentifikasi di Lake, Los Angeles, Mono, Monterey, Orange, Riverside, San Bernardino, Santa Clara, Dan Diego, San Francisco dan kabupaten San Luis Obispo.
"Virus ini terus bermutasi dan beradaptasi, dan kami tidak bisa lengah," kata Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat County of Santa Clara Dr Sara Cody, dalam sebuah pernyataan.
Menyusul perkembangan tersebut, pakar imunologi AS Dr Anthony Fauci mengeluarkan peringatan kepada warga Amerika. Dia mengatakan varian tersebut harus dijadikan panggilan bagi orang Amerika untuk mendapatkan vaksinasi.
Ya, sentimen anti-vaksin hingga saat ini masih kuat di Amerika.
Sebuah survei baru-baru ini, yang dilakukan oleh perusahaan jajak pendapat YouGov dan dibagikan secara eksklusif dengan Reuters, menemukan bahwa kurang dari setengah orang Amerika yang disurvei mengatakan mereka bersedia disuntik vaksin Covid-19, angka yang tetap stabil secara luas sejak Juli.
Jumlah ini jauh dibandingkan dengan 73 persen orang di Inggris dan 70 persen di Denmark.
Data dari seluruh sekuensing genom, epidemiologi dan pemodelan menunjukkan bahwa varian baru lebih mudah ditularkan daripada varian lain.
Saat ini tidak ada bukti bahwa varian tersebut lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian, para ahli masih melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.