Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi mengungkap bahwa Covid-19 lebih mungkin menyebar saat orang berbicara daripada batuk di ruang berventilasi buruk.
Studi yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society A, menggunakan model matematika untuk memeriksa bagaimana Covid-19 menyebar di dalam ruangan tergantung pada ukuran ruangan, jumlah orang di dalamnya, seberapa baik ruangan tersebut berventilasi dan apakah orang-orang mengenakan masker wajah.
Hasilnya, ketika dua orang berada di ruang yang berventilasi buruk dan tidak memakai masker, berbicara dalam waktu lebih lama, mungkin menyebarkan virus daripada batuk. Itu karena ketika kita berbicara, kita menghasilkan tetesan kecil yang dapat menggantung di udara, menyebar dan menumpuk di area yang tidak memiliki ventilasi yang memadai.
Di sisi lain, batuk menghasilkan tetesan yang lebih besar, yang dengan cepat jatuh ke lantai dan mengendap di permukaan.
Dalam satu model skenario, para peneliti menemukan bahwa setelah batuk singkat, jumlah partikel infeksius di udara akan turun dengan cepat setelah 1 hingga 7 menit. Sebaliknya, setelah berbicara selama 30 detik, hanya setelah 30 menit jumlah partikel infeksius turun ke tingkat yang sama dan sejumlah besar partikel masih tersuspensi setelah satu jam.
Dengan kata lain, satu dosis partikel virus yang mampu menyebabkan infeksi akan bertahan di udara lebih lama setelah bicara daripada batuk. Dalam skenario model ini, jumlah tetesan yang sama masuk selama batuk 0,5 detik seperti selama 30 detik bicara.
Para peneliti juga menemukan bahwa dalam kondisi ini, virus dapat menyebar lebih dari 6 kaki (2 meter) hanya dalam hitungan detik.
Namun, kata penulis studi, memakai masker dalam bentuk apa pun mengurangi jumlah virus corona di udara karena masker menyaring beberapa tetesan dan memperlambat momentum partikel yang dihembuskan.
Ventilasi juga penting. Salah satu skenario model menemukan bahwa ketika orang yang terinfeksi berbicara di dalam ruangan selama satu jam, orang lain di dalam ruangan menghadapi risiko infeksi hingga 20 persen, tetapi risiko ini berkurang tiga kali lipat ketika udara di dalam kamar benar-benar berubah 10 kali per jam. Di ruangan yang berventilasi baik, biasanya ada 10 hingga 20 pergantian udara per jam.
"Ventilasi sangat penting dalam meminimalkan risiko infeksi di dalam ruangan," ujar pemimpin studi Pedro de Oliveira dari Departemen Teknik Cambridge seperti dilansir dari Live Science, Kamis (21/1/2021).
Para peneliti telah menggunakan temuan mereka untuk membuat aplikasi online gratis, yang disebut Airborne.cam, untuk menunjukkan bagaimana ventilasi dan faktor lain memengaruhi risiko penularan di dalam ruangan. Alat tersebut dapat digunakan oleh orang-orang yang mengelola tempat kerja dan ruang kelas untuk membantu menentukan apakah ventilasi di tempat mereka memadai