Bisnis.com, JAKARTA - Alat pelacakan kontak digital atau digital contact tracing (DCT) untuk mengontrol penyebaran virus corona (Covid-19) menunjukkan hasil yang signifikan.
Dalam studi yang melibatkan ilmuwan dari Inggris, Amerika Serikat, dan Spanyol dan telah dipublikasikan di Nature Communications, mereka menilai keefektifan aplikasi DCT Spanyol yakni Radar Covid-19, setelah eksperimen 4 minggu yang dilakukan di Kepulauan Canary, Spanyol antara Juni-Juli 2020.
Untuk percobaan yang didanai oleh Sekretaris Negara Digitalisasi dan Kecerdasan Buatan (SEDIA) itu, para peneliti mensimulasikan rangkaian infeksi Covid-19 di ibu kota La Gomera, San Sebastián de la Gomera, untuk memahami apakah teknologi aplikasi radar Covid-19 dapat berfungsi di dunia nyata.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa lebih dari 30 persen populasi mengadopsi teknologi dan mampu mendeteksi sekitar 6,3 kontak dekat per individu yang terinfeksi. Ini dua kali lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang terdeteksi hanya dengan menggunakan pelacakan kontak manual.
Namun para peneliti menyarankan bahwa keberhasilan aplikasi bergantung pada kampanye komunikasi nasional dan lokal yang efektif untuk mendorong orang mengunduh dan menggunakan aplikasi tersebut.
"Secara keseluruhan, hasil kami positif dan menunjukkan bahwa teknologi berfungsi jika disertai dengan kampanye komunikasi yang tepat, itu harus mencapai tingkat adopsi dan kepatuhan untuk mendukung intervensi non-farmasi lainnya dalam mengatasi wabah," ujar Dr. Lucas Lacasa, salah satu penulis studi tersebut seperti dilansir dari Medical Xpress, Rabu (27/1/2021).
DCT mengandalkan penggunaan aplikasi ponsel untuk melacak kontak dan memberi tahu individu tentang kontak dengan orang lain yang baru-baru ini dinyatakan positif Covid-19. Ini telah diperkenalkan di negara-negara di seluruh dunia untuk mendukung upaya pelacakan kontak manual tetapi sampai sekarang kegunaannya dalam pengaturan wabah dunia belum diuji.
Selain keefektifan pendekatan ini, beberapa kekhawatiran lain telah dikemukakan terkait penggunaannya seperti pendeteksian potensi banyak kontak dekat palsu, adopsi,kepatuhan yang rendah, dan masalah privasi.
"Akibatnya positif palsu dapat membanjiri perawatan kesehatan primer," kata Profesor Ilmu Komputer dan Matematika di Universitat Rovira I Virgili (Spanyol) Profesor Alex Arenas yang juga menulis penelitian ini.
Kendati demikian dia mengatakan dari eksperimen yang dilakukan, jumlah kontak erta yang terdeteksi kurang lebih sama dengan jumlah dari data yang dimiliki. "Kami juga melihat bahwa adopsi tersebut di atas ambang yang diperlukan agar aplikasi menjadi efisien," tambahnya.
Radar Covid adalah teknologi DCT yang dimediasi Bluetooth berdasarkan aplikasi Apple/Google. Teknologi ini mengadopsi pendekatan privasi per desain, yang bertujuan untuk menjaga anonimitas pengguna dengan fitur-fitur seperti kurangnya persyaratan login atau identifikasi dan kemampuan pengguna untuk menghapus atau menonaktifkan aplikasi kapan saja.
Dr. Lacasa menambahkan meskipun dari sudut pandang pengguna, fitur pelestarian privasi aplikasi ini bermanfaat, namun sangat membatasi jumlah data yang dapat mereka kumpulkan untuk menilai kinerjanya secara akurat.
"Jadi, meskipun hasil kami sangat menjanjikan, mereka perlu diperlakukan dengan kehati-hatian dan analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami sejauh mana aplikasi memicu perubahan perilaku," sebutnya.