Bayi gemuk. Di Indonesia, sebanyak 2 juta anak balita kelebihan berat badan atau obesitas. /Unicef
Health

Bahaya! Berhentilah Beranggapan Anak Gemuk Itu Lucu

Janlika Putri Indah Sari
Rabu, 24 Maret 2021 - 14:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kebanyakan orang tua beranggapan bahwa anak akan terlihat sehat dan mengemaskan dengan badan berisi. Namun, sebenarnya hal ini sangatlah ditentang oleh pihak kesehatan karena akan membuat anak mengalami obesitas.

Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Erna Mulati mengatakan anak obesitas menjadi cikal bakal beragam penyakit pada anak.

"Jangan senang saat anak tumbuh gemuk. Itu pemikiran yang salah. Anak gemuk merupakan awal pemicu timbulnya penyakit sejak dini," ujarnya secara virtual pada acara temu media dalam memperingati Hari Obesitas se-Dunia, Rabu (24/3/21).

Jaringan lemak yang berlebih akan menggangu metabolisme anak sehingga menimbulkan beragam masalah pada kesehatan di kemudian hari.

Penyakit berbahaya seperti diabetes, hati, jantung, kangker, kelainan mental bahkan gangguan seksual akan menyertai penderita obesitas.

Erna menjelaskan saat anak sedari balita sudah gemuk akan sulit untuk menurunkan badannya saat usia remaja. Hal itu akan menggangu aktifitas kembang anak. Maka dari itu pencegahan obesitas harus dilakukan sedini mungkin.

Peran orang tua sebagai orang terdekat anak sangatlah penting. Hal-hal sederhana yang bisa dilakukan seperti memperhatikan asupan makanan hingga mengajak anak untuk beraktivitas fisik sangatlah bermanfaat.

"Guna menghasilkan kelompok anak usia sekolah dan remaja sehat, mencegah obsitas pada anak harus dilakukan sejak dini. Pemerintah dan masyarakat harus saling membatu mencegah faktor yang memicu anak gemuk," tutupnya.

Laporan bertajuk State of the World’s Children 2019 : Children, Food and Nutrition menemukan bahwa setidaknya 1 dari 3 anak balita secara global atau lebih dari 200 juta akan menderita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan.

Di Indonesia, baik indikator dan target kelebihan mau pun kekurangan gizi sudah dimasukkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Angka-angka terbaru yang tersedia menunjukkan bahwa di Indonesia:

  • Lebih dari 7 juta anak balita menderita stunting, atau terlalu pendek untuk usia mereka.
  • Lebih dari 2 juta anak balita kekurangan berat badannya, atau terlalu kurus untuk tinggi badan mereka.
  • 2 juta anak balita kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Sekitar 1 dari 4 remaja menderita anemia, kemungkinan besar karena kekurangan vitamin esensial dan nutrisi seperti zat besi, asam folat dan vitamin A.

Laporan ini memperingatkan bahwa praktik makan dan pemberian asupan makanan yang buruk dimulai dari hari-hari awal kehidupan seorang anak.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro