Bisnis.com, JAKARTA - Tak sedikit orang yang menjalani tes antibodi pasca divaksin virus corona. Namun apakah hal ini diperlukan?
Selama ini mereka yang menjalani tes antibodi ingin memastikan apakah antibodi tersebut sudah terbentuk untuk melawan Covid-19 setelah disuntik vaksin. Namun menurut Spesialis Penyakit Dalam dr. RA Adaninggar hingga sekarang belum ada bukti ilmiah berapa titer antibodi yang bisa menunjukkan kemampuan antibodi menetralisir virus.
Apalagi, setiap orang memiliki respon imun yang berbeda. Kata wanita yang akrab disapa Ning ini, antibodi bukan satu-satunya faktor penentu terbentuknya kekebalan setelah vaksin karena ada faktor sistem imun seluler juga yang tidak terukur.
"Perbedaan dan tinggi rendah titer antibodi tidak menunjukkan efektivitas vaksin," ujar Ning Halseperti dikutip dalam Instagram pribadinya, Selasa (20/4/2021).
Lebih lanjut dia menjelaskan, setelah divaksin ada beberapa kemungkinan yang bisa dibaca terkait antibodi. Pertama, antibodi terbentuk dengan kadar yang sangat rendah di bawah ambang batas deteksi alat.
Kedua, terbentuk antibodi tetapi kadarnya masih rendah saat diperiksa kemudian naik perlahan. Ketiga, tidak terbentuk sama sekali alias non responder.
Ning mengatakan kadar antibodi rendah atau tidak terdeteksi belum tentu kekebalan seluler tidak terbentuk. "Tetap optimis dan tetap disiplin protokol kesehatan," sambungnya.
Kendati demikian Ning menjelaskan idealnya, antibodi terbentuk optimal kira-kira 28 hari setelah divaksin suntik kedua. Namun kembali lagi, respon imun setiap orang berbeda-beda.
"Bisa ada yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kekebalan optimal," tukasnya.