Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat yang telah divaksinasi lengkap Covid-19 umumnya tidak akan mengalami sakit parah meski tubuhnya terinfeksi virus. Namun faktanya mereka masih bisa menularkan virus kepada orang lain.
Professor Raymond Lin, direktur National Centre for Infectious Diseases (NCID) Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional Singapura, mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pengamatan pusat dari mempelajari hasil tes serologi dari mereka yang didiagnosa terjangkit Covid-19.
Tes serologi sendiri mendeteksi antibodi dalam sampel darah pasien, yang dimana antibodi menjadi tentara sistem kekebalan yang membantu tubuh mengalahkan penyerang (virus). Dengan demikian, tes ini dapat mendeteksi apakah seseorang telah divaksinasi atau belum. Kemampuan ini membedakan tes serologi dari tes diagnostik lain yang menandai infeksi saat ini.
Dalam beberapa kasus, tes serologi membantu ilmuwan dan dokter menentukan apakah antibodi diproduksi oleh infeksi alami atau melalui vaksinasi. Hal ini dapat membantu ilmuwan dan dokter mengidentifikasi kasus ‘penerobosan vaksin’ atau mereka yang terkena Covid-19 bahkan setelah divaksinasi sepenuhnya.
“Mendefinisikan terobosan vaksin akan membantu kami mempelajari seberapa sering (kasus seperti itu) terjadi, apakah mereka dapat menularkan infeksi, apakah mereka mengembangkan penyakit parah dan apakah varian baru menginfeksi subjek yang divaksinasi dengan lebih mudah,” ucap Prof. Lin yang telah dilansir dalam straitstimes.com, Senin (28/6/2021)
“Sejauh ini, kami mengamati bahwa beberapa subjek yang terinfeksi tetapi divaksinasi dapat menularkan virus ke orang lain. Umumnya, subjek yang divaksinasi tidak mengembangkan penyakit parah ketika mereka terinfeksi,” ucapnya.
Baca Juga Mau Astrazeneca atau Sinovac, Yuk Daftar Vaksin Covid-19 di Universitas Pancasila Hingga Juli |
---|
Mirip dengan bagaimana tentara dimobilisasi pada saat perang, sistem kekebalan juga memanggil berbagai jenis antibodi untuk menyingkirkan patogen yang menyerang. Vaksin bekerja dengan memberikan instruksi kepada sel manusia untuk mulai memproduksi protein lonjakan virus. Ketika fragmen protein diproduksi, tubuh mengenali mereka sebagai penyerbu dan memanggil antibodi yang menargetkan protein tersebut.
“Oleh karena itu, tes serologi harus mendeteksi antibodi tersebut sebagai bukti vaksinasi,” jelas Prof Lin.
Namun, ketika infeksi alami terjadi, tubuh terpapar seluruh virus dan harus memanggil antibodi untuk menangani protein virus lain dan bukan hanya protein tersebut.
Jika seseorang telah terinfeksi virus Corona, tes serologi akan mendeteksi keberadaan antibodi terhadap protein nukleokapsid virus yang ditemukan melilit kode genetik virus.
Prof Lin mengatakan tidak mungkin untuk mengatakan dalam kasus seperti itu apakah antibodi diproduksi sebagai hasil dari vaksinasi atau infeksi alami.
"Namun, kami belum memiliki cukup banyak kasus seperti itu untuk mempelajari respons antibodi yang diharapkan," tambahnya.