Bisnis.com, SOLO - Bekerja mencapai target memanglah hal yang positif.
Sebagai manusia, kita pasti menginginkan pencapaian terbaik dengan cara terus menghasilkan produk yang positif.
Untuk menghindari rasa 'mager' dan malas, biasanya dilakukan kegiataan yang bentuknya menghasilkan.
Namun ternyata keinginan untuk terus produktif bekerja atau menghasilkan sesuatu, bisa menjadi hal yang buruk saat itu dilakukan secara berlebihan.
Pernah dengar istilah produktivitas beracun atau toxic productivity?
Toxic productivity adalah perasaan yang menghantui seseorang untuk terus melakukan pekerjaan dan beranggapan bahwa ia wajib untuk selalu mengembangkan diri secara produktif.
Orang yang masuk ke dalam lingkaran produktivitas beracun sering merasa bersalah saat dirinya tidak produktif.
Bahkan, untuk sekadar istirahat atau hang out saja mereka tidak tertarik.
Hal ini menjadi tidak sehat saat seseorang terus berkeinginan menjadi produktif dengan cara apapun.
Toxic productivity bisa terjadi kepada seseorang saat ia berada di kantor, rumah, maupun sekolah.
Penyebab
produktivitas beracun ini muncul ketika seseorag tanpa sadar memandang kelebihan orang lain bernilai tinggi.
Selain itu, kesuksesan yang ditunjukkan oleh orang lain juga bisa jadi salah satu penyebab munculnya toxic productivity.
Para pengguna media sosial sekarang ini seakan-akan berkompetisi untuk mengabadikan setiap kesibukan mereka.
Kemudian tanpa disadari, sebagian orang akhirnya mengukur kelayakan diri berdasarkan produktivitas yang telah dikerjakan.
Tips keluar/menghindari toxic productivity
Melansir klikdokter, ada empat cara yang bisa dilakukan agar diri ini tak masuk ke dalam toxic productivity.
1. Menyadari kesalahan
Sebagian orang yang mengidap toxic productivity tak merasa yakin bahwa diri merasa bermasalah.
Pasalnya, produktivitas beracun ini bisa berbahaya apabila seseorang terus merasa harus bekerja 24 jam sehari.
Efek yang terjadi yakni bisa kelelahan mental dan fisik.
Salah satu ciri yang paling bisa menjadi alarm munculnya toxic productivity adalah adanya rasa bersalah ketika rehat sejenak dari pekerjaan.
Nah, untuk dapat keluar dari situasi toxic productivity, seseorang harus mempunyai kesadaran dari dirinya sendiri.
Dirinya harus mengingat bahwa melakukan kegiatan produktif tanpa jeda, tidaklah baik untuk diri sendiri.
2. Mengapresiasi diri
Sadari bahwa tak semua orang memiliki hasil yang sama. Proses seseorang mencapai tujuan hidup pun pasti berbeda.
Mulailah apresiasi diri Anda dengan melihat pencapaian yang sudah dimiliki sekarang sebagai hal yang membanggakan.
Lakukan pekerjaan atau kegiatan produktif secara wajar.
Apresiasi diri lainnya yakni dengan terus menanamkan rasa bersyukur atas apa yang sudah dicapai selama ini.
3. Bekerja efektif dan efisien
Work smart akan memberikan efek yang lebih baik daripada sekadar work hard.
Misalnya, jika ada hal yang bisa dibicarakan via email, maka hindari melakukan rapat lewat Zoom yang harus menyita waktu.
4. Pisahkan kehidupan pribadi dan profesional
Jalanilah kehidupan secara seimbang, agar terhindari dari persaingan tak terlihat.
Jika Anda ingin menghindari produktivitas beracun, atur waktu dengan lebih baik lagi.
Jalani kehidupan yang Anda sukai dan tak perlu menganggapnya sebagai perlombaan.
Waktu untuk bekerja adalah waktu di mana Anda mengembangkan kualitas diri.
Namun setelah itu, Anda juga perlu istirahat untuk sekadar menikmati segelas teh hangat sembari menonton film yang Anda sukai.