Bisnis.com, JAKARTA – Preeklamsia atau eklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai oleh peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine. Biasanya, kondisi ini dimulai setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita yang tekanan darahnya telah normal.
Preeklamsia selalu menjadi salah satu penyebab kematian utama ibu di dunia. Komplikasinya pun berat termasuk ke janin. Lalu apakah ada obat yang dapat mencegah preeklamsia?
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah obat anti inflamasi non steroid yang aman, murah dan terjangkau.
“Aspirin dosis rendah memiliki aksi menghambat pembentukan clot atau bekuan darah, melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dan tromboxane,” jelas dr Purnawan Senoaji, spesialis kandungan dan konsultan fetomaternal dalam akun Instagramnya, Selasa (28/9/2021).
Tidak semua ibu hamil boleh mengonsumsi aspirin dosis rendah. dr Purnawan mengatakan, hanya ibu hamil dengan minimal dua risiko sedang atau satu risiko tinggi yang disarankan untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah.
“Risiko tinggi seperti, memiliki riwayat preeklamsia dan hipertensi, hamil kembar, diabetes, penyakit ginjal dan penyakit autoimun. Sementara risiko sedang seperti, hamil anak pertama, obesitas, riwayat keluarga dengan preeklamsia, berusia di atas 35 tahun, riwayat IUGR serta jarak kehamilan di atas 10 tahun,” katanya.
Ibu hamil dengan risiko sedang dan tinggi dalam kehamilan, disarankan untuk memulai mengonsumsi aspirin dosis rendah sejak usia kandungan 12 hingga 16 minggu.
Penelitian review RCT yang melibatkan 20.000 ibu hamil menunjukkan bahwa konsumsi aspirin sebelum 16 minggu sampai kelahiran menurunkan risiko preeklamsia, preeklamsia berat dan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Sementara itu, pemberian di atas 16 minggu dikatakan memiliki efektifitas lebih rendah untuk mencegah komplikasi tersebut.
Adakah risiko yang dialami ibu hamil saat mengonsumsi aspirin dosis rendah selama masa kehamilannya?
Penelitian sampai dengan bayi usia 18 bulan menunjukkan: tidak ada peningkatan kejadian kematian bayi, gangguan perkembangan dan kognitif bayi, tidak ada peningkatan risiko kejadian solusio plasenta, perdarahan pasca persalinan dan keguguran pada ibu hamil, serta tidak ada bukti gangguan perkembangan sampai anak berusia 18 bulan.
Sampai kapan ibu hamil mengonsumsi aspirin dosis rendah?
“Keputusan kapan menghentikan terapi aspirin dosis rendah pada kehamilan tergantung masing-masing kondisi ibu hamil,” katanya.
Beberapa disarankan untuk berhenti setelah 36 minggu, dengan pertimbangan risiko perdarahan saat persalinan. Beberapa juga disarankan sampai menjelang persalinan, dengan pertimbangan preeklamsia sering terjadi di atas 36 minggu. Namun, menurutnya, ini masih membutuhkan riset penelitian lanjutan.
Dia juga menegaskan untuk tidak mengonsumsi aspirin tanpa rekomendasi dokter.
“Pemberian aspirin dosis rendah pada ibu hamil hanya untuk mereka yang memiliki risiko sedang dan tinggi untuk kemungkinan ke arah preeklamsia, dan akan diperiksa juga evaluasi USG prediksi preeklamsia dengan penilaian doppler uterine dan pemeriksaan laboratorium,” katanya. “Dokter kandungan yang akan memutuskan perlu tidaknya aspirin pada kasus per kasus”
Sejak tahun 2001, telah dilakukan berbagai penelitian besar tentang efek aspirin dosis rendah terhadap kehamilan. Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, mereka menemukan bahwa pemberian aspirin sebelum 16 minggu dapat menurunkan risiko pertumbuhan janin terhambat (IUGR) sampai 56 persen.
Penelitian lain yang dilakukan pada 2007 menemukan, pemberian dosis 75 mg pada usia kandungan sebelum 20 minggu lebih bermakna dalam pencegahan preeklamsia dan kelahiran di atas 34 minggu sebesar 10 persen.