Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa orang yang memiliki komorbid hipertensi dan obesitas memiliki kemungkinan kematian akibat Covid-19.
Dikutip dari akun Instagram @adamprabata, Senin (21/2/2022), penelitian dilakukan pada 243 orang yang dirawat di Rumah Sakit Koja, Jakarta, Indonesia.
Adam mengutip hasil penelitian Pramudita, 2022. Cardiometabolic Morbidity and Other Prognostic Factors for Mortality in Adult Hospitalized Covid-19 Patients in North Jakarta, Indonesia
Hasilnya, pasien Covid-19 dengan komorbid hipertensi memiliki 3,59 kali lebih tinggi kemungkinan kematian akibat Covid-19. Kemudian, penderita dengan komorbid obesitas memiliki 6,34 kali lebih tinggi kemungkinan kematian akibat Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat memperparah kondisi seseorang apabila terpapar Covid-19.
"Yaitu faktor usia, riwayat vaksinasi seseorang serta riwayat komorbid atau penyakit penyerta," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Selasa (15/2/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Kekebalan Tubuh
Tentang faktor risiko ini, umumnya akan menyebabkan sistem pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi menjadi kurang optimal. Khususnya, salah satu faktor risiko yaitu komorbid.
Karena jika sudah terpapar, seseorang yang memiliki satu bahkan lebih penyakit penyerta, berisiko membutuhkan perawatan inap maupun perawatan intensif di rumah sakit. Dan akan membutuhkan ventilator akibat perkembangan gejala yang berat atau kritis.
"Ancaman kematian akan menjadi lebih besar," imbuh Wiku.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2022 menyebut sejumlah jenis penyakit penyerta yang dapat meningkatkan risiko. Diantaranya kanker, gangguan ginjal, hati, paru-paru kronis, gangguan neurologis, diabetes melitus tipe 1 dan 2, gangguan jantung dan pembuluh darah, infeksi HIV, gangguan sistem kekebalan tubuh, obesitas, thalasemia dan beberapa gangguan kesehatan lainnya.
Bahkan berdasarkan studi, keparahan gejala pada berbagai jenis komorbid dapat berbeda-beda. Menurut studi Hijaz dkk tahun 2020, umumnya penderita hipertensi mengeluhkan terjadinya peradangan paru atau pneumonia dibarengi dengan kenaikan tekanan darah. Lalu, penderita gangguan paru-paru kronik mengeluhkan terjadinya kekurangan darah atau hiposemia parah dan gejala khas lainnya pada setiap komorbid.
Faktanya, secara nasional berdasarkan data yang diakses dari rumah sakit online tertanggal 13 Februari 2022, tercatat bahwa mayoritas kasus positif yang meninggal dikontribusikan komorbid diabetes melitus. Dan 15 persen di antaranya bahkan memiliki riwayat komorbid lebih dari satu jenisnya.
Sebagai tambahan menurut studi di salah satu rumah sakit di India, lebih dari 90% persen pasien dengan lebih dari 2 jenis komorbid meninggal dunia dibandingkan kasus positif yang hanya memiliki satu sampai dengan dua komorbid saja. Selanjutnya, mayoritas kauss positif dengan gejala berat atau kritis, memiliki komorbid diabetes melitus dan hipertensi. Dan 19 persen dari mayoritas tersebut bahkan memiliki lebih dari satu jenis penyakit.
Untuk itu apabila masyarakat menemukan seseorang dengan komorbid pada kelompok rentan disekitarnya, wajib melaporkan agar dapat ditangani secara Dini.
Bagi penderita komorbid yang positif itu sendiri, dimohon secara aktif segera menghubungi tenaga kesehatan. Walaupun gejala yang dirasakan tergolong ringan demi perawatan yang lebih efektif yang cepat.
Sedangkan penderita komorbid lainnya yang masih berada dalam kondisi sehat, diminta segera mendapatkan vaksinasi baik dosis 1, 2 atau booster. Namun dengan cermat mengkonsultasikan kondisi kesehatannya dengan fasilitas kesehatan sebelum divaksinasi.
Hasil studi lainnya pada tahun 2021 merekomendasikan lansia atau usia di atas 50 tahun sekaligus penderita komorbid berhak mendapatkan perlindungan lebih. Misalnya menjadi populasi prioritas dalam program vaksinasi.