Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian menyebutkan efek jangka panjang dari COVID-19 dapat secara signifikan meningkatkan beban demensia di seluruh dunia.
Pemimpin studi Yan-Jiang Wang, MD, PhD, direktur Departemen Neurologi dan Pusat Ilmu Saraf Klinis di Rumah Sakit Daping di Chongqing, China mengungkapkan hasil penelitian itu seperti dilansir dari webmd.
Penelitian, yang membandingkan tingkat demensia dan pendahulunya, gangguan kognitif ringan, pada orang yang pulih dari COVID-19 dengan orang yang tidak terinfeksi, dipublikasikan secara online pada 8 Maret di JAMA Neurology.
Baca Juga Malas Sarapan Berisiko Kena Demensia Lho |
---|
Para peneliti mengidentifikasi hampir 1.500 orang berusia 60 tahun ke atas yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 di Wuhan, Cina, 260 di antaranya menderita penyakit parah, dan menindaklanjutinya 6 bulan dan 1 tahun kemudian untuk menilai fungsi kognitif mereka.
Para peneliti juga menilai fungsi kognitif lebih dari 400 pasangan dari orang-orang yang dirawat di rumah sakit yang tidak terkena COVID-19, sebagai kelompok pembanding.
Sebelum mereka terinfeksi COVID-19, tidak ada peserta penelitian yang memiliki masalah kognitif, gangguan neurologis atau riwayat keluarga demensia, atau penyakit jantung, hati atau ginjal yang parah atau kanker.
Setahun setelah meninggalkan rumah sakit, 12,5% penyintas COVID-19 mengalami masalah kognitif.
Demensia dan gangguan kognitif ringan secara signifikan lebih umum pada orang yang menderita COVID-19 parah daripada orang yang memiliki kasus yang tidak parah atau tidak terkena penyakit.
Sekitar 15% orang dengan COVID-19 parah mengalami demensia setahun setelah meninggalkan rumah sakit, dan sekitar 26% mengalami gangguan kognitif ringan.
Kurang dari 1% orang yang dirawat di rumah sakit dengan kasus COVID-19 yang tidak parah dan mereka yang tidak terkena penyakit tersebut mengembangkan demensia, dan sekitar 5% orang di setiap kelompok mengalami gangguan kognitif ringan.
Masalah kognitif umum terjadi ketika seseorang sakit dengan COVID-19. Namun, konsekuensi jangka panjang dari COVID-19 pada kemampuan mental masih belum jelas. Studi ini menambahkan informasi baru tentang perubahan kognisi para penyintas COVID-19, kata Wang.
Yang perlu diperhatikan, kata para peneliti, adalah fakta bahwa 21% orang dengan COVID-19 parah mengalami penurunan kognitif progresif, menunjukkan bahwa penyakit tersebut dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kemampuan mental.
"Temuan ini menyiratkan bahwa pandemi dapat secara substansial berkontribusi pada beban demensia dunia di masa depan," tambah mereka.