Bisnis.com, JAKARTA – SMPN 1 Kuningan menjadi perbincangan publik lantaran siswanya berangkat sekolah tidak membawa tas ransel sama sekali dan sebagai gantinya menggunakan barang lain seperti paper bag, kotak sepatu dan lainnya.
Alasan siswa tidak membawa tas ransel sekolah karena pada hari itu ditetapkan “No Backpack Day” untuk SMPN 1 Kuningan, kabar tersebut beredar pada unggahan akun tiktok @osis_spensaku pada Minggu (14/5/2022).
Hari tanpa ransel tersebut menjadi unik karena para siswa melakukannya dengan lebih kreatif lagi, terlihat dalam video tersebut siswa disana memakai barang tidak lazim untuk membawa keperluan sekolah, seperti galon, kendang peliharaan, wajan dan masih banyak lainnya.
Lalu, bagaimana asal usul backpack day ini?
Dilansir dari situs Nobackpackday.org, “No BackPack Day” ini adalah hari dimana Anak-anak di Amerika Serikat (AS) pergi ke sekolah tanpa menggunakan ransel, lalu untuk membawa semua buku dan perlengkapan sekolah mereka dilakukan dengan tangan mereka sendiri atau dalam kantong plastik.
Hal ini tentunya bukan tanpa tujuan, karena “No BackPack Day” hadir untuk meningkatkan kesadaran bagi jutaan anak di seluruh dunia yang harus berjalan bermil-mil ke sekolah karena mereka tidak mampu membeli ransel.
Pelopor “No BackPack Day” ini adalah seorang perempuan asal AS, Mongai Fankam yang merupakan seorang aktivis pendukung anak yang tidak mampu.
Pada usia 3 tahun, ibu Mongai membawanya dalam perjalanan misi ke Kamerun, Afrika. Seiring bertambahnya usia Mongai menyadari bahwa sebagian besar anak-anak di daerah pedesaan Kamerun harus berjalan bermil-mil ke sekolah dan tidak membawa ransel untuk membawa perlengkapan mereka.
Lalu, Mongai memutuskan untuk mengajak perangkat sekolah di Blythe Elementary untuk mendukungnya dalam kampanye “No BackPack Day” dan menyumbangkan keperluan sekolah untuk anak-anak Kamerun.
Hal tersebut disambut baik oleh Kepala sekolah Blythe Elementary, staf dan seluruh siswa untuk menetapkan 'No Backpack Day' ini. Kejadian tersebut sudah terealisasi sejak 2012 dan hampir 40 sekolah di Charlotte juga telah bergabung dalam kampanye ini.
Adapun, sekitar 20.000 ransel dan perlengkapan sekolah terkumpul pada saat itu, lalu sumbangan tersebut dibagikan ke beberapa negara seperti Kamerun, Tanjung Verde, Liberia, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Afrika Selatan, Togo, Toronto , Uganda, Zimbabwe dan secara lokal di Carolina Utara.