Bisnis.com, JAKARTA - Osteoporosis bukan hanya bisa menyerang orang dewasa atau lansia, tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Kelainan tulang yang menyebabkan kurangnya kekuatan tulang sehingga punyai risiko patah tulang ini terjadi minat tulang kehilangan mineral di dalamnya.
Meskipun identik dengan perempuan yang memasuki masa menopause, tetapi sebenarnya penyakit ini bisa menyerang segala usia.
Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, biasanya pada anak dan remaja, osteoporosis disebabkan oleh penyakit ataupun penggunaan obat tertentu. Hal ini disebut dengan osteoporosis sekunder.
Meskipun demikian, ada juga jenis osteoporosis primer yang disebabkan oleh osteogenesis imperfekta. Ataupun osteoporosis idiopatik juvenile yang tidak diketahui penyebabnya.
Padahal, pada masa anak-anak ini, seharusnya pembentukkan tulang dilakukan secara optimal. Karena massa tulang akan mencapai massa optimalnya pada usia 30 tahun.
Dilansir dari Medicalnewestoday, osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti:
- Diabetes
- Hipotiroidisme
- Sindrom cushing
- Hiperparatiroidisme
- Sindrom malabsorbsi
- Penyakit ginjal
- Masalah gizi
- Cystic di brosur
- Anemia sel sakit
- Sindrom turner
- Leukemia
- Rheumatoid arthritis remaja
Selain itu, kondisi kurangnya gerak aktif seperti bergerak palsu, distorsi otot serta cedera tulang belakang juga bisa jadi salah satu penyebab osteoporosis sekunder.
Sedangkan, osteoporosis primer, Medicalnewestoday menyebutkan disebabkan oleh cacat kerangka intristik yang umumnya bersifat genetik.
Gejala osteoporosis pada anak sebenarnya tidak selalu menunjukkan gejala yang lsama dan jelas. Namun, umumnya anak akan merasa sakit pada punggung bawah, pinggang, lutut, telapak kaki serta pergelangan kaki.
Gejala lain juga seperti kesulitan berjalan, bentuk tulang yang tidak normal seperti tulang membungkuk serta patah tulang patologis.
Jika anak mulai mengeluhkan atau terlihat punyai berbagai gejala ini serta mengalami fraktur patologis, segera hubungi dokter.