Bisnis.com - JAKARTA - Seorang dokter yang aktif membuat video di platform TikTok dengan nama akun Ayman Alatas membuat video tentang makromastia. Video ini dibuat oleh dokter keturunan Arab itu atas permintaan pengikutnya.
Dalam video tersebut, dr. Ayman menyebut, makromastia merupakan kondisi saat pertumbuhan payudara seseorang terjadi secara berlebihan, diatas pertumbuhan payudara normal.
Menurutnya, penyebab makromastia bisa dari genetik ataupun hormonal. Lebih lanjut, mengutip Perhimpunan Bedah Plastik Amerika pada laman plasticsurgery, kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gangguan pada sistem tubuh.
Apa saja gejala yang timbul akibat kondisi ini?
Berikut gejala-gejala yang ditimbulkan oleh makromastia mirip dengan gejala arthritis leher, seperti:
- Nyeri leher
- Nyeri punggung
- Nyeri bahu kronis
- Mati rasa
- Lekukan pada bahu
- Postur tubuh yang buruk
- Nyeri dinding dada
- Sakit kepala
- Kesemutan pada tangan
- Sesak napas
- Gangguan tidur
- Ruam pada bawah dada
- Toleransi olahraga yang cukup rendah
Melansir scialert, Macromastia, atau hipertrofi payudara, adalah temuan yang sangat umum dan sering menjadi penyebab reduksi mammaplasty di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji spesimen jaringan payudara yang diperoleh dari reduksi mammaplasty pada pasien makromastia ditinjau dari frekuensi kelainan histopatologis (lesi ganas dan non-ganas). Dalam studi cross-sectional retrospektif ini, spesimen jaringan payudara yang tertanam parafin setelah reduksi mammaplasty ditinjau secara histopatologis di Rumah Sakit Pendidikan Tabriz Imam Reza dalam tiga tahun (2010-2013).
Semua spesimen dipotong, diwarnai dan diperiksa oleh ahli patologi yang gesit. Seratus sembilan puluh delapan dari 271 spesimen utama memenuhi syarat untuk penelitian ini. Usia rata-rata pasien adalah 37,09±8,98 (kisaran: 20-59) tahun, dengan indeks massa tubuh rata-rata 27,44±3,85 (kisaran: 21-35) kg m-2.
Berdasarkan temuan pemeriksaan mikroskopis, jaringan normal ditemukan pada 98 kasus (49,5%), semuanya dengan peningkatan kandungan lemak. Perubahan fibrokistik adalah entitas jinak yang menonjol, yang dilaporkan pada 47,5% kasus. Papiloma intraduktal terdeteksi 2 kasus (1%). Ada 4 kasus dengan lesi ganas (2%), termasuk 2 kasus (1%) dengan karsinoma duktal invasif (usia: 22 dan 31 tahun) dan 2 kasus (1%) dengan karsinoma lobular in situ (usia: 21 dan 35 tahun) tahun).
Mengingat papiloma intraductal sebagai kondisi pramaligna, tingkat total lesi non-jinak mencapai 3%. Berdasarkan hasil penelitian ini, makromastia dapat dianggap sebagai faktor risiko keganasan payudara. Pemeriksaan histopatologi menyeluruh dari spesimen payudara setelah reduksi mammaplasty, serta skrining ketat pada wanita dengan makromastia non-bedah sangat dianjurkan.
Bagaimana pengobatan makromastia?
Tidak ada perawatan non-bedah untuk kondisi ini. Namun, umumnya dilakukan perawatan per gejala untuk mengurangi gejala ringan yang timbul.
Jenis perawatan itu seperti mengonsumsi obat anti-inflamasi, pijat, chiropractic, serta terapi fisik. Tetapi, untuk gejala yang lebih parah dan berjangka panjang, tetap saja diperlukan pembedahan untuk menghilangkan gejala secara permanen.
Penggunaan bra juga tidak terlalu bermanfaat. Karena bisa sebabkan perburuan gejala, seperti nyeri leher, nyeri dinding dada dan bahu.
Hal ini juga tidak berkaitan erat dengan penurunan berat badan. Cara terbaik pengobatan makromastia tetaplah tindakan operasi pengecilan payudara atau mammaplasty.
Beberapa penelitian mengungkapkan, operasi pengurangan bobot payudara ini bermanfaat untuk meningkatkan fungsi fisik serta organ, seperti paru-paru, menghilangkan rasa sakit di berbagai anggota tubuh, peningkatan postur tubuh, dan berbagai manfaat lain sesuai gejala.