Bisnis.com, JAKARTA - Gejala penyakit saraf seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang generasi muda dan usia produktif.
Hal ini tidak lepas dari gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.
Namun, masyarakat terutama generasi Z masih enggan berkonsultasi ke dokter spesialis saraf dan cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengkonsumsi obat penghilang nyeri atau pijat dan urut. Akibatnya, keluhan sakit bisa kembali kambuh atau bertambah parah.
Demikian seperti yang dialami oleh Wangit Firmantika seorang konten creator berusia 30 tahun yang sehari-hari bekerja di depan komputer selama 8 hingga 12 jam.
Dia mengaku sering merasakan nyeri punggung bawah. Untuk mengatasi rasa sakitnya tersebut biasanya dia melakukan stretching atau rebahan dan biasanya akan mereda dengan sendirinya. Jika sakitnya tak kunjung sembuh maka dia akan berkunjung ke tukang pijat.
“Ternyata setelah mendapat paparan dokter spesialis, saya baru mengerti bahwa bisa jadi ini gejala penyakit saraf. Bagi pekerja usia produktif yang mobilitasnya tinggi, memang biasanya ingin mencari solusi serba cepat tapi justru enggan periksa ke dokter,” ujar Wangit.
Captain Neuro Care by Klinik Pintar dr. Zicky Yombana, Sp.S mengatakan, saat ini profil pasien dengan gangguan saraf sudah bergeser ke usia produktif mulai dari rentang 20 sampai 30 tahun ke atas. Gejala yang muncul kerap tidak disadari sebagai gangguan saraf dan seringkali dihubungkan dengan penyakit dalam (internis) atau penyakit otot dan tulang.
Menurutnya, banyak pemahaman yang salah tentang gangguan saraf sehingga penanganannya terlambat. Padahal, gangguan saraf memiliki spektrum yang sangat luas mulai dari hal ringan seperti kesemutan, sakit kepala, hingga yang hal kronis seperti stroke.
“Self-diagnosed bisa memicu salah penanganan dan justru tambah parah. Hal ini lah yang membuat kami melahirkan Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif,” ujarnya.
Menurut dr. Zicky, masyarakat harus segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis jika merasakan keluhan mendadak, intensitasnya semakin sering, diikuti rasa sakit yang berat, dan berulang. Memang pada akhirnya screening dan konsultasi sudah menjadi dasar yang harus dijalani.
“Kami para dokter bukan hanya membantu masyarakat untuk sadar risiko, tetapi juga memprediksi seberapa besar risiko yang mereka miliki sehingga dapat kami bantu mengidentifikasinya lebih awal sebelum menjadi gangguan yang mematikan dan menghabiskan banyak kerugian finansial,” terangnya.
Chief Medical Officer Klinik Pintar dr. Eko S. Nugroho, MPH mengatakan Neuro Care by Klinik Pintar dirancang sebagai pintu masuk masyarakat mengetahui dan mengerti dengan baik keadaan saraf dengan gejala seringan apapun.
Pihaknya bekerja sama dengan dokter-dokter spesialis saraf, dilengkapi dengan alat diagnosa yang lengkap setara standar Rumah Sakit dan demi kenyamanan masyarakat terdapat konsep layanan Unreasonable Hospitality dengan ciri khas adanya health concierge yang secara proaktif membantu kebutuhan pasien di fase pra-klinik, saat di klinik, hingga penanganan pasca berobat, misalnya rujukan ke rumah sakit khusus untuk treatment lebih lanjut.
CEO Klinik Pintar, Harya Bimo mengutarakan saat ini Klinik Pintar terus menerus mengembangkan jaringan melalui klinik pratama dan klinik utama spesialis. Neuro Care akan menjadi bagian dari healthcare ecosystem Klinik Pintar dengan dan memegang peranan penting sebagai Center of Excellence (CoE) yang akan memperkuat jaringan klinik lainnya dengan sistem rujukan dan delivery layanan secara online dan offline.
“Tujuannya selaras dengan misi pemerintah untuk memperkuat sektor primary care melalui digitalisasi klinik dan memudahkan masyarakat dalam mendapat kualitas pelayanan kesehatan secara merata,” ujarnya.
Sebagai bentuk komitmen Gerakan Sadar Saraf Usia Produktif, Neuro Care mengadakan gratis konsultasi dan telekonsultasi serta potongan harga untuk beberapa tindakan. Selain itu sampai dengan semester awal 2023, akan direncanakan konten edukasi digital, webinar kesehatan dengan dokter spesialis saraf dan membuka kesempatan kolaborasi seluas-luasnya dari berbagai pihak yang hendak ikut andil dalam gerakan ini.