Bisnis.com, JAKARTA - Dalam kehidupan kita sehari-hari, tertidur dan terjaga adalah suatu hal yang alami.
Namun, pada kenyataannya ada sejumlah gangguan yang dialami beberapa individu, di mana mereka sangat mudah tertidur tiba-tiba tanpa diduga, tanpa mengenal waktu dan tempat.
Hal ini memang sungguh terjadi, di mana gangguan neurologis yang bersifat langka ini disebut narkolepsi yang ditandai oleh kantuk berlebihan, di mana penderita narkolepsi mengalami kesulitan mengontrol tidur.
Mereka dapat merasakan kelelahan yang intens dan tiba-tiba, sehingga seringkali tertidur secara tidak terduga di siang hari, bahkan dalam situasi yang tidak memungkinkan seperti saat bekerja, mengemudi, atau berinteraksi sosial.
Selain kantuk berlebihan, narkolepsi juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti katapleksi. Katapleksi adalah kehilangan otot tiba-tiba dan sementara yang dipicu oleh emosi, seperti tawa, kejutan, atau kemarahan.
Penderita narkolepsi juga dapat mengalami sleep paralysis, di mana mereka tidak dapat bergerak atau berbicara ketika terjaga atau tertidur, serta halusinasi saat terjaga atau tidur.
Dalam arti literal, istilah 'narkolepsi' berasal dari kata Yunani 'narco' dan 'lepsy , yang bila diterjemahkan berarti pingsan.
Lancelot Mark Pinto, Konsultan Pulmonolog dan Epidemiolog, Rumah Sakit Hinduja menjelaskan bahwa individu dengan narkolepsi mengalami tidur nyenyak atau tidur REM/rapid eye movement, sehingga sulit bagi mereka untuk tetap terjaga.
“Narkolepsi merupakan penyebab kedua yang paling umum dari kantuk berlebihan pada siang hari, setelah gangguan tidur yang disebut apnea tidur obstruktif,” katanya.
Gejala Narkolepsi
1. Cataplexy
Cataplexy adalah kehilangan otot secara tiba-tiba yang dapat terjadi dalam situasi yang memicu emosi seperti tawa, kejutan, atau kemarahan.
Ini dapat menyebabkan perasaan "lutut menekuk dan jatuh" atau ketidakmampuan mendadak untuk mempertahankan postur tubuh. Gejala cataplexy ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan, mulai dari kelemahan otot ringan hingga kehilangan total kontrol otot.
2. Halusinasi
Dalam kondisi ini, seseorang yang tertidur akan mengalami pengalaman visual, auditori, atau sensori yang muncul ketika seseorang sedang tertidur atau bangun.
Contohnya adalah melihat lampu berkedip atau melihat seseorang berdiri di samping tempat tidur, meskipun orang tersebut sebenarnya tidak hadir.
3. Kelumpuhan
Hal ini terjadi ketika seseorang bangun dari tidur tetapi mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara. Biasanya ini terjadi sesaat setelah bangun tidur dan biasanya berlangsung hanya beberapa detik hingga beberapa menit.
Ahli tersebut menjelaskan bahwa individu yang mengalami narkolepsi dapat memiliki kombinasi dari tiga gejala ini, tetapi tidak selalu harus mengalami keempatnya secara bersamaan.
Akan tetapi, tidak semua penderita narkolepsi mengalami semua gejala yang disebutkan, tetapi gejalanya bisa bervariasi tergantung pada individu masing-masing.
Senada dengan hal tersebut, Konsultan Senior, Ahli Saraf, Rumah Sakit Max, Gurugram Vinny Sood mengatakan bahwa penyebab narkolepsi tergantung pada jenis narkolepsi, seperti narkolepsi 1, narkolepsi 2, dll. hipokretin di area hipotalamus otak.
“Narkolepsi sekunder terjadi karena adanya masalah tertentu di area hipotalamus otak, seperti infeksi otak dan tumor otak ,” katanya.
Meskipun dapat terjadi pada semua usia. Namun, faktor risiko yang membuat potensi nakrolepsi terserang tinggi lantaran penyakit ini diturunkan secara genetik dan sering menyerang laki-laki muda.
Berbagi data statistik, ahli tersebut mengatakan bahwa narkolepsi memengaruhi 0,03-0,16 persen populasi umum, meskipun prevalensinya sangat bervariasi di seluruh dunia.
“Prevalensi tertinggi dilaporkan dari Jepang dimana satu dari enam ratus orang terkena penyakit ini,” ujarnya.
Penyakit paling banyak ditemukan pada remaja sekitar masa pubertas dan individu di antara usia 35 dan 45 tahun.
Selain itu, para ahli menyoroti bahwa penderita narkolepsi sering berjuang dengan kualitas tidur yang buruk, mengalami tidur yang terfragmentasi dan sering terbangun secara spontan.
“Perlu dicatat bahwa gangguan tidur lainnya seperti apnea tidur obstruktif, sindrom kaki gelisah, dan gangguan perilaku tidur REM lebih banyak terjadi pada pasien narkolepsi dibandingkan populasi umum,” katanya.
Cara Mencegah Narkolepsi
Untuk mencegah atau mengelola narkolepsi Kepala Bedah Neurointerventional dan Wakil Kepala Unit Stroke Rumah Sakit Artemis Gurugram Vipul Gupta, menyarankan langkah-langkah berikut.
1. Lakukan kebersihan tidur yang baik
2. Tetapkan waktu tidur dan waktu bangun yang teratur
3. Ciptakan lingkungan tidur yang bebas dari gangguan
4. Batasi penggunaan elektronik sebelum tidur untuk mempraktikkan kebersihan tidur yang baik
5. Hindari konsumsi alkohol dan merokok yang dapat sangat mengganggu pola tidur
6. Jalani gaya hidup aktif dan sehat