Bisnis.com, JAKARTA - Serat pangan akan menjadi tren yang semakin berkembang di Indonesia karena adanya bukti ilmiah yang menunjukkan manfaatnya bagi kesehatan.
Hal ini disampaikan oleh Global Head of Nutrition, Regulatory, and Scientific Affairs at Tate & Lyle, Kavita Karnik mengatakan berdasarkan sains dan hasil kolaborasi riset multinasional yang dia kembangkan.
Menurutnya, serat pangan dapat memberikan manfaat yang lebih luas, mulai dari kesehatan otak hingga kesehatan metabolisme serta mengurangi risiko yang lebih rendah terkena penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe 2
“Serat pangan berperan penting dalam mengurangi asupan kalori dan gula dalam diet, serta membantu menjaga berat badan. Serat itu bisa ditemukan di biji-bijian,, sayuran, kacang-kacangan,” jelasnya pada Bisnis, Selasa (27/6/2023).
Dia menyebutkan, kebutuhan serat pangan harian pun disarankan sekitar 25-30 gram per hari untuk orang dewasa.
Lantas, apa yang akan terjadi jika tubuh kekurangan serat?
1. Masalah pencernaan
Salah satu dampak yang paling umum dari kekurangan serat adalah masalah pencernaan, terutama sembelit atau konstipasi.
Serat membantu memperlancar pergerakan usus dan menambah volume tinja, sehingga memfasilitasi buang air besar yang teratur. Kekurangan serat dapat membuat tinja lebih keras dan sulit untuk dikeluarkan, menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam proses buang air besar.
2. Penurunan berat badan yang sulit
Serat pangan memiliki efek mengenyangkan yang membantu menjaga perasaan kenyang lebih lama setelah makan.
Ketika kekurangan serat, seseorang mungkin merasa lapar lebih cepat dan cenderung makan lebih banyak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori dan kesulitan dalam mengontrol berat badan.
3. Penyakit kardiovaskular
Konsumsi serat pangan yang cukup terkait dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.
Kekurangan serat dalam diet dapat meningkatkan risiko faktor-faktor yang terkait dengan penyakit tersebut, seperti peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat), serta peningkatan tekanan darah.
4. Risiko penyakit usus besar
Kekurangan serat pangan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit usus besar, termasuk divertikulosis (pembentukan kantung-kantung pada dinding usus besar) dan divertikulitis (radang pada divertikula).
Serat membantu menjaga kesehatan usus besar dengan meningkatkan volume tinja dan memfasilitasi pergerakan usus yang sehat.
5. Gangguan nutrisi
Banyak makanan yang mengandung serat pangan juga mengandung nutrisi penting lainnya, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan. Kekurangan serat dalam diet juga dapat berarti kekurangan nutrisi ini, yang dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
6. Memicu diabetes tipe 2
Kekurangan serat pangan dalam diet dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 melalui pengaruh pada resistensi insulin, gangguan pengaturan glukosa darah, dan pengendalian berat badan.
“For example, ketika tubuh kekurangan serat, proses penyerapan glukosa dapat menjadi lebih cepat, menyebabkan lonjakan gula darah yang tiba-tiba. Hal ini dapat memicu respons insulin yang berlebihan dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Tak hanya itu, serat pangan memberikan rasa kenyang lebih lama, sehingga membantu mengurangi keinginan untuk makan berlebihan.
Menurutnya, serat pangan dapat membantu menjaga berat badan yang sehat atau menurunkan berat badan.
Makanan yang kaya serat cenderung memberikan perasaan kenyang lebih lama setelah makan, sehingga dapat mengurangi keinginan untuk makan berlebihan.
Dengan menjaga berat badan yang sehat, risiko terjadinya diabetes tipe 2 dapat dikurangi.