Ilustrasi lapar
Health

Mengenal Hyperphagia, Rasa Lapar Ekstrem

Sabina Arla Yogandini
Jumat, 30 Juni 2023 - 19:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah Anda sering merasa lapar meskipun telah makan banyak? Bisa jadi Anda mengalami hyperphagia diabetes atau disebut Polifagia.

Melansir Verywell Health, hyperphagia bukanlah suatu kelainan, melainkan gejala dari kondisi medis yang umum bagi penderita diabetes.

Adapun hal ini ditandai dengan rasa lapar yang ekstrem dan tidak terpuaskan. Hal ini dapat menyebabkan makan berlebihan dan penambahan berat badan.

Hyperphagia adalah salah satu gejala diabetes yang paling umum, tetapi juga terkait dengan gangguan lain, termasuk:

- Penyakit Graves (hipertiroidisme autoimun)
- Sindrom Prader-Willi
- Bulimia nervosa
- Sindrom pramenstruasi (PMS)
- Insulinoma (tumor pankreas)
- Sindrom Kleine-Levin
- Penyakit Pick
- Demensia frontotemporal

Gejala hiperfagia umum terjadi pada semua jenis diabetes, termasuk diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Adapun hal ini salah satu dari tiga tanda utama diabetes:

- Polifagia (rasa lapar yang berlebihan)
- Poliuria (buang air kecil berlebihan)
- Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)

Bagi orang dengan diabetes, hiperfagia adalah akibat dari kekurangan glukosa (sumber energi utama tubuh) atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

Setiap orang memang mengalami rasa lapar dari waktu ke waktu. Namun, orang dengan hiperfagia akan mengalami rasa lapar yang berbeda dengan orang yang tidak mengalaminya.
Adapun penderita hiperfagia akan mengalami:

- Rasa lapar meskipun sudah makan secara teratur
- Mengidam makanan yang intens
- Makan berlebihan
- Penambahan berat badan
- Kelelahan
- Rasa haus yang berlebihan
- Sering buang air kecil

Bagi para penderita diabetes, hiperfagia berkaitan dengan masalah dengan insulin dan kadar glukosa darah. Adapun penyebabnya antara lain:

1. Hiperglikemia (gula darah tinggi)

Terdapat hubungan langsung antara hiperglikemia dan hiperfagia, dan insulin adalah pemicunya. Insulin adalah hormon yang bertindak seperti kunci yang membawa glukosa darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Sementara itu, penderita diabetes tidak memproduksi cukup insulin yang membuat orang makan secara berlebihan sehingga menyebabkan gula darah tinggi.

2. Hipoglikemia (gula darah rendah)

Hipoglikemia dapat terjadi oleh siapa saja, tidak hanya pada penderita diabetes. Adapun hal ini dapat terjadi jika Anda tidak makan makanan yang cukup dan glukosa darah Anda turun. Episode hipoglikemia juga dapat terjadi pada malam hari sehingga menyebabkan keinginan makan di malam hari.

3. Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes dengan tingkat yang serius, ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup. Ketika ketoasidosis diabetik menjadi semakin parah, kadar keton yang tinggi akan menekan hormon yang dikenal sebagai ghrelin yang berfungsi untuk merangsang rasa lapar. Akibatnya, orang dengan kondisi ini akan kehilangan nafsu makan.

4. Lesi hipotalamus

Hipotalamus merupakan bagian dari otak Anda yang berperan dalam pengaturan fungsi-fungsi utama tubuh, termasuk perubahan nafsu makan. Selain itu, hipotalamus secara langsung mempengaruhi kelenjar hipofisis.

5. Hipertiroidisme

Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid, yang terletak di pangkal leher Anda menjadi terlalu aktif dan memproduksi terlalu banyak hormon tiroksin. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan yang disertai dengan sejumlah gejala yang berkaitan dengan perubahan metabolisme Anda. Meskipun sudah makan banyak, orang dengan kondisi ini akan mengalami kehilangan berat badan.

Melansir Cleveland Clinic, perawatan hyperphagia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Hyperphagia dapat hilang setelah kondisi yang menyebabkannya ditangani dengan baik.

Misalnya, pengobatan pada seorang dengan diabetes tipe 1 meliputi suntikan insulin seumur hidup dan pengelolaan kadar gula darah. Adapun orang dengan hipoglikemia harus diobati dengan makan atau minum gula (glukosa) atau dengan suntikan glukagon. Sementara, untuk penanganan hipertiroidisme dengan menggunakan obat antitiroid, yodium radioaktif atau pembedahan.

Adapun untuk diabetes tipe 1 maupun tipe 2 perlu melakukan perubahan gaya hidup seperti:

- Makan sehat
- Olahraga
- Kebiasaan tidur yang sehat
- Manajemen stres
- Pemantauan gula darah
- Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya tanda-tanda komplikasi

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro