Bisnis.com, JAKARTA – Setiap orang memiliki inner child yang mempengaruhi cara berpikir dan bereaksi saat dewasa. Apakah pengaruh inner child saat dewasa?
Konsep inner child dikemukakan pertama kali oleh psikiater dan psikoanalisis Carl Jung. Dilansir dari Integrative Psych (3/8/2023), inner child didefinisikan sebagai bagian dari diri yang sudah ada sejak seseorang masih dalam kandungan hingga berkembang menjadi bayi dan anak-anak.
Inner child adalah kenangan signifikan dari masa kecil, seperti rasa bahagia, takut, trauma, dan kehilangan. Kenangan dan emosi tersebut membekas dalam alam bawah sadar sampai Anda di masa dewasa.
Di masa dewasa, inner child menjadi alam bawah sadar yang secara tidak langsung mempengaruhi pengambilan keputusan dan reaksi Anda terhadap sesuatu. Namun, keberadaan inner child terkadang diabaikan apabila seseorang tidak mengenali dan menyadarinya sebagai inner child.
Jika Anda mengabaikan inner child, Anda bisa kehilangan kesempatan untuk mendapat informasi pengalaman penting dari masa lalu. Padahal, informasi yang diterima dari inner child ini besar pengaruhnya bagi mekanisme kelola emosi.
Akibatnya, Anda bisa mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi, terutama emosi negatif seperti perasaan kesal dan sedih. Contohnya adalah saat Anda tiba-tiba merasa marah atau tantrum atau saat Anda merasakan perubahan suasana hati yang ekstrem ketika kesulitan. Reaksi ini serupa dengan reaksi anak-anak dalam situasi demikian.
Ketika Anda mendapati diri Anda bereaksi seperti anak-anak, Anda mungkin memiliki luka masa lalu yang disimpan inner child Anda. Dilansir dari Very Well Mind (3/8/2023), luka inner child adalah pengalaman buruk yang dialami saat masih kecil dan menjadi trauma saat dewasa.
Trauma yang dipicu dari luka inner child muncul sama dengan trauma oleh penyebab lain. Contohnya adalah perasaan takut berlebihan akan dipermalukan atau dipecat saat salah mengerjakan satu pekerjaan, padahal pekerjaan tersebut bisa diperbaiki. Rasa takut berlebihan ini mungkin muncul karena seseorang sewaktu kecil pernah dibentak atau dihukum karena kesalahan kecil.
Jika inner child Anda sering memicu perasaan negatif, ada baiknya Anda mengelola dan “mengasuh” inner child tersebut agar trauma masa kecil Anda tidak mengganggu lebih jauh.
Hal pertama yang bisa dilakukan setelah menyadari luka inner child adalah dengan reparenting atau menjadi “orang tua” bagi inner child Anda. Ini adalah kesempatan untuk memberikan apa yang tidak Anda dapat saat masih kecil, seperti rasa sayang, perhatian, validasi, dan sebagainya.
Menurut Verywell Mind, Anda bisa memulai reparenting ini dengan melakukan beberapa langkah berikut:
1. Belajarlah untuk lebih bersimpati dan pada diri Anda sendiri.
2. Berdialog dengan inner child seperti saat Anda berbicara dengan diri sendiri. Dengar dan renungkan apa yang hendak disampaikan inner child kepada Anda.
3. Tuliskan surat kepada diri Anda di masa lalu yang menyampaikan empati Anda. Lalu, biarkan inner child Anda merespons kepada Anda.
4. Tunjukkan afeksi pada diri Anda sendiri, ucapkan rasa sayang, bangga, terima kasih, dan maaf.
5. Tuliskan hal positif yang Anda alami saat masih muda, seperti pengalaman menyenangkan, hal yang Anda suka, dan kenanglah memori tersebut.
6. Lakukan mediasi untuk berinteraksi dan terhubung lebih dalam dengan inner child Anda.
Saat Anda membutuhkan bantuan profesional, berkonsultasilah dengan psikolog. Penyembuhan luka inner child bisa dilakukan dengan berbagai jenis terapi.