Kaki kram/harvardhealth
Health

Fakta dan Mitos Terkait Kolesterol

Redaksi
Kamis, 31 Agustus 2023 - 15:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kolesterol pada dasarnya tidak “buruk” karena tubuh membutuhkannya untuk membangun sel dan membuat vitamin serta hormon tetapi terlalu banyak kolesterol bisa menimbulkan masalah.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, antara tahun 2015 dan 2018, hampir 12% orang dewasa AS berusia 20 tahun ke atas memiliki kolesterol total tinggi 240 mg/dL. Jenis kolesterol yang paling dikhawatirkan oleh dokter adalah kolesterol LDL (atau kolesterol “jahat”), yang merupakan salah satu komponen dari total kolesterol tersebut.

Dilansir Time (31/8/2023) Dr. Jeffrey Berger, ahli jantung dan direktur Pusat Pencegahan Penyakit Kardiovaskular di NYU Langone New York City mengungkapkan dari ratusan penelitian, kadar kolesterol LDL yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, atau kematian dini tetapi yang terpenting, faktor risiko ini dapat diubah, banyak penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menurunkan kolesterol maka risiko kardiovaskular juga menurun.

Namun sejumlah mitos kolesterol berkembang luas di tengah-tengah masyarakat dan menyebabkan ketakutan bagi sebagian besar orang. Pasalnya mitos bahwa kolesterol susah disembuhkan adakah salah satu mitos yang sering membuat seseorang pasrah.

Simak mitos dan fakta terkait kolesterol:

1. Mitos, Kolesterol Selalu Berbahaya

Faktanya kolesterol yang sering digambarkan sebagai zat lilin seperti lemak sangat penting bagi tubuh manusia, termasuk memainkan peran penting selama perkembangan janin. Namun jika berlebihan bisa menimbulkan masalah, yaitu berkontribusi terhadap penyumbatan arteri dan meningkatkan risiko gangguan jantung.

2. Mitos, Tidak Perlu Memeriksakan Kolesterol Sampai Mencapai Usia Rata-rata Terkena Serangan Jantung

Faktanya dimerekomendasikan agar semua orang dewasa berisiko rendah berusia 20 tahun ke atas memeriksakan kadarnya setiap empat hingga enam tahun. Pemeriksaan kemungkinan akan lebih sering dilakukan jika memiliki riwayat keluarga atau riwayat penyakit jantung pribadi.

American Academy of Pediatrics merekomendasikan semua anak untuk melakukan pemeriksaan kolesterol tinggi antara usia 9 dan 11 tahun lebih awal jika mereka memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung dini.
Kolesterol diukur menggunakan pengambilan darah. Menurut pedoman yang diterbitkan pada tahun 2016, biasanyaidak perlu berpuasa sebelum pemeriksaan.

3. Mitos, Seseorang Tidak Punya Kendali Atas Kadar Kolesterol

Faktanya beberapa pengaruh terhadap kolesterol berada pada kendali seseorang. Bayi dilahirkan dengan kolesterol LDL yang sangat rendah dan kadarnya terus meningkat seiring bertambahnya usia. Ketika wanita memasuki masa menopause dan estrogen yang membantu mengatur kadar lipid menurun, kadar LDL dan trigliserida mereka meningkat.

Sekitar 9,2% pria dewasa kulit hitam dan 10,5% wanita dewasa kulit hitam memiliki kolesterol tinggi antara tahun 2015-2018, dibandingkan dengan 10,1% pada pria kulit putih dan 13,1% pada wanita kulit putih, menurut laporan dari American Heart Association.

Namun pasti ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kolesterol tetap terkendali, seperti berolahraga. Latihan intensitas tinggi secara teratur, termasuk berlari atau bersepeda dengan kecepatan yang baik, dapat menurunkan kolesterol setidaknya 10%.

Olahraga juga membantu orang tidur lebih nyenyak dan mengurangi stres, sehingga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan kesehatan secara keseluruhan.
Meskipun menurunkan berat badan bisa jadi sulit, kamu tidak perlu menurunkan banyak berat badan untuk melihat efek positifnya.

Tinjauan studi penurunan berat badan pada tahun 2016 menemukan bahwa penurunan 5-10% berat badan menghasilkan penurunan signifikan pada kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. (Menurunkan lebih banyak berat badan dikaitkan dengan peningkatan yang lebih besar.)

4. Mitos, Jika Memiliki Kolesterol Rendah, Tidak Akan Terkena Serangan Jantung

Faktanya hal ini sama sekali tidak benar. Kolesterol merupakan faktor risiko yang penting, tetapi bukan satu-satunya faktor risiko, dan juga bukan merupakan indikasi yang sempurna. Faktor risiko jantung lainnya termasuk usia (orang lanjut usia lebih berisiko), jenis kelamin laki-laki, diabetes, penggunaan tembakau, dan obesitas menurut American Heart Association (AHA).

Diperkirakan 20% dari total risiko penyebab seseorang terkena serangan jantung tidak diketahui, kata Dr. R. Scott Wright, profesor kardiologi di Mayo Clinic di Rochester, Minn.

5. Mitos, Untuk Menjaga Kolesterol Tetap Rendah, Sebaiknya Hindari Telur

Faktanya, Departemen Pertanian AS dulu merekomendasikan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg per makanan per hari. Mereka tidak lagi merekomendasikan tingkat tertentu dalam pedoman gizi tahun 2015-2020, sebagian karena rata-rata orang Amerika tidak melebihi tingkat tersebut secara signifikan.

Selain itu, American Heart Association menyatakan dalam penasehat ilmiahnya mengenai kolesterol makanan pada tahun 2019 bahwa “bukti dari penelitian observasional yang dilakukan di beberapa negara umumnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan risiko penyakit kardiovaskular.

6. Mitos, Selalu Dapat Mengontrol Kadar Kolesterol Tanpa Bantuan Obat-obatan

Faktanya kelainan bawaan yang disebut hiperkolesterolemia familial menyebabkan sekitar 1 dari 200 orang dilahirkan dengan kadar kolesterol LDL tinggi, yang akan terus meningkat sepanjang masa kanak-kanak dan dewasa. Biasanya hal ini menyebabkan penyakit jantung, menurut AHA, meskipun dapat diobati dengan tindakan gaya hidup dan pengobatan.

Meskipun kondisi ini jarang terjadi, faktor risiko lain seperti berat badan dan tipe tubuh juga memiliki pengaruh genetik.
Obat ini secara rutin diresepkan kepada orang-orang yang pernah mengalami serangan jantung untuk mencegah serangan jantung berikutnya, dan juga untuk mencegah serangan jantung pada mereka yang berisiko tinggi.

Laporan bukti terbaru dari Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS, yang diterbitkan pada Agustus 2022 menemukan bahwa penggunaan statin pada populasi berisiko dikaitkan dengan rendahnya risiko kejadian penyakit jantung dan kematian. (Maria Elfika Simplisia)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro