Bisnis.com, JAKARTA — Memiliki pasangan merupakan keinginan setiap orang karena dapat menambah kebahagiaan. Sehingga, tak jarang ada yang menghindari untuk menjadi jomblo dan bahkan takut menjadi jomblo.
Kondisi ketakutan menjadi jomblo ini sebenarnya bukanlah suatu hal yang bisa disepelekan karena bisa berdampak pada perilaku orang tersebut.
Pada dasarnya, menjadi jomblo bukan merupakan suatu kondisi yang menakutkan dan harus dihindari. Seseorang yang menjadi jomblo juga memiliki kebahagiaan yang sama seperti seseorang yang memiliki pasangan.
Namun, orang-orang yang terbiasa memiliki hubungan tidak dapat melihat hal itu dan menganggap jomblo adalah suatu hal yang harus dihindari. Hal ini pun akhirnya berdampak pada perilaku yang tidak sehat.
Dilansir psychologytoday.com pada Selasa (17/10/2023), sebuah penelitian baru mendukung gagasan bahwa ketika orang mengalami ketakutan yang kuat untuk jomblo, mereka mungkin berperilaku berlawanan dengan kepentingan terbaik mereka.
Seseorang yang takut jomblo biasanya akan merasa ada yang salah dengan mereka jika tidak memiliki pasangan. Selain itu, mereka akan merasa cemas karena takut akan tetap menjomblo sepanjang hidupnya.
Bahkan seseorang yang takut menjadi jomblo akan merasakan tekanan bahwa mungkin sudah "terlambat" baginya untuk menemukan hubungan jangka panjang.
Seseorang yang sangat termotivasi untuk menghindari kehidupan jomblo mungkin terlibat dalam perilaku berisiko demi kesejahteraan mereka.
Berikut adalah beberapa dampak perilaku dari ketakutan menjadi jomblo:
1. Ketakutan Menjadi Jomblo Meningkatkan Kerinduan Terhadap Mantan pasangan
Merindukan cinta yang hilang pada dasarnya bukanlah masalah; namun, keasyikan yang berkepanjangan dengan mantan pasangan membatasi ruang mental untuk pemikiran lain yang berpotensi lebih positif.
Baca Juga 4 Tanda Kamu Jomblo Bahagia |
---|
Hal ini dapat menguras energi yang seharusnya mereka habiskan untuk memberikan pengalaman mereka menjadi jomblo berkesan.
Menjadi jomblo memberikan banyak sekali kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan minat baru, dan manfaat dari menjadi jomblo mungkin sulit dilihat jika seseorang sibuk dengan mantan.
2. Ketakutan Menjadi Jomblo Menurunkan Kualitas Tipe Ideal Mencari Pasangan
Ketika seseorang terdorong untuk menghindari kehidupan jomblo, bukti menunjukkan bahwa mereka cenderung menurunkan standar mereka dan menerima hubungan yang kurang memuaskan.
Menjadi tidak bahagia adalah satu hal, namun rasa takut menjadi jomblo menjadi sangat bermasalah jika hal itu mendorong orang untuk tetap berada dalam hubungan yang penuh kekerasan secara emosional atau fisik.
3. Takut Menjadi Jomblo Membuat Perasaan Takut Untuk Putus Hubungan
Sejalan dengan gagasan bahwa rasa takut menjadi jomblo memicu kerinduan terhadap mantan pasangan, orang yang sering merasakan ini adalah wanita.
Wanita yang memiliki rasa takut yang kuat untuk menjomblo lebih cenderung menginginkan hubungan asmaranya tanpa putus. Hubungan yang tanpa putus bisa dianggap sebagai kesempatan untuk menghidupkan kembali hubungan yang rusak atau beralih dari “off” ke “on” lagi.
Namun, menghidupkan kembali hubungan asmara kemungkinan besar akan berhasil jika motivasinya bukan sekadar untuk "tidak" menjomblo; hubungan jangka panjang yang berkembang membutuhkan motif yang jauh lebih substantif.
4. Ketakutan Menjadi Jomblo Membuat Seseorang Berperilaku Tidak Peduli
Seseorang yang berperilaku seperti ini cenderung masah bodoh dengan semua hal dan lebih mengikuti perasaan hatinya.
Misalnya, pada saat risiko COVID-19 meningkat, orang-orang dengan ketakutan yang lebih kuat terhadap kehidupan jomblo cenderung melakukan kedekatan fisik dalam konteks kencan.
Dengan kata lain, meskipun kebanyakan orang mungkin mematuhi standar keselamatan, kemungkinan menjalin hubungan romantis mungkin terlalu menarik bagi orang-orang yang sangat takut menjadi lajang. Bagi mereka, mungkin ada baiknya mempertaruhkan kesehatan mereka untuk bertemu seseorang. (Ernestina Jesica Toji)