Bisnis.com, JAKARTA -- Pneumonia atau lebih dikenal dengan paru-paru basah adalah suatu kondisi di mana paru-paru mengalami peradangan dan terisi cairan, sehingga mengganggu proses pernapasan. Peradangan ini mengakibatkan alveolus (kantong udara) terisi oleh cairan, sehingga paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.
Pada beberapa kasus, pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran bakteri dalam aliran darah. Kondisi ini berisiko menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh, yang biasanya ditandai dengan abses paru hingga terdapat nanah.
Selain itu, peradangan yang tidak segera diobati dapat menyebabkan terbentuknya cairan peradangan, yang kemudian dapat mengumpul pada lapisan pelindung paru. Jika kondisi ini terjadi, prosedur pengeluaran cairan oleh dokter menjadi perlu.
5 Penyebab Pneumonia
Dilansir Ayosehat Kemenkes, Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus. Selain itu, beberapa faktor langsung juga dapat memicu pneumonia, seperti:
- Kebiasaan Merokok. Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.
- Penyakit Jantung Kronis. Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.
- Diabetes Melitus. Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.
- Kelemahan Struktur Organ Pernapasan. Kelemahan struktur organ pernapasan dapat membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.
- Penurunan Tingkat Kesadaran. Penurunan tingkat kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia.
Kuman yang menyebabkan pneumonia biasanya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Hal ini dipengaruhi oleh interaksi pasien yang kemudian menyebabkan infeksi, cara terjadinya infeksi, gangguan sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit kronis, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai.
Gejala Pneumonia
Gejala pneumonia biasanya dimulai dengan beberapa tanda tertentu. Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya muncul:
- Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.
- Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.
- Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.
- Mual, muntah, dan diare.
- Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.
- Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.
Jika anggota keluarga mengalami kesulitan bernapas atau terjadi peningkatan frekuensi napas, segeralah bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter akan melakukan penanganan terhadap pneumonia dengan terapi kausal, terapi suportif umum, terapi inhalasi, dan fisioterapi dada.
Diagnosis Pneumonia
Untuk mendiagnosis pneumonia, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan terhadap organ paru, untuk mendengarkan apakah ada suara yang tidak normal saat pasien bernapas.
Beberapa pemeriksaan tambahan yang mungkin dibutuhkan meliputi:
1. Rontgen Dada
Pemeriksaan ini membantu dokter untuk mendeteksi pneumonia dan menentukan lokasi serta penyebab infeksi.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih.
3. Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat seberapa banyak kadar oksigen yang beredar dalam tubuh, dan bisa digunakan untuk menentukan separah apa pengaruh pneumonia terhadap pertukaran udara di sistem pernapasan.
4. Tes Dahak
Dahak akan dianalisis untuk melihat kuman yang menyebabkan infeksi pada paru.
Pengobatan Pneumonia
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi pneumonia:
Terapi Kausal
Terapi ini melibatkan pemberian obat antibiotik atau obat antijamur. Obat-obatan ini bekerja dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman penyebab infeksi. Pilihan obat akan disesuaikan dengan jenis kuman penyebab dan tingkat keparahan penyakit.
Terapi Suportif Umum
Terapi ini disesuaikan dengan keadaan pasien. Misalnya, jika pasien mengalami kesulitan bernapas, dokter mungkin akan memberikan terapi oksigen.
Terapi suportif lainnya bisa meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan obat penurun demam atau pereda nyeri untuk mengurangi gejala yang tidak nyaman.
Terapi Inhalasi
Terapi ini melibatkan penyaluran obat langsung ke paru-paru melalui inhaler atau nebulizer. Terapi ini sangat bermanfaat pada kondisi pasien yang membutuhkan pengobatan segera.
Terapi ini dapat menghindari efek samping yang berkelanjutan, mengencerkan dahak yang kental dan kekuningan, serta mengatasi infeksi.
Fisioterapi Dada
Terapi ini melibatkan serangkaian latihan pernapasan dan teknik batuk untuk membantu mempermudah proses pengeluaran dahak dari paru-paru. Fisioterapi dada dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.
Rawat Inap
Pada kasus pneumonia yang berat atau jika pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi, rawat inap di rumah sakit mungkin diperlukan. Di rumah sakit, pasien dapat dipantau secara ketat dan menerima perawatan intensif jika diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan pneumonia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan harus di bawah pengawasan dokter.
Selalu ikuti petunjuk pengobatan dari dokter Anda dan selesaikan seluruh rangkaian pengobatan, bahkan jika Anda merasa sudah lebih baik, untuk memastikan bahwa infeksi telah sepenuhnya diatasi.
Pencegahan Pneumonia
Selanjutnya, berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pneumonia:
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencegah pneumonia. Vaksin pneumokokus dan vaksin influenza dapat membantu mencegah beberapa jenis pneumonia.
2. Cuci Tangan
Mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air dapat membantu mencegah penyebaran kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.
3. Hidup Sehat
Pola hidup sehat seperti berhenti merokok, olahraga teratur, dan diet seimbang dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah pneumonia.
4. Hindari Kontak dengan Orang Sakit
Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.