Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan lonjakan kasus gangguan pernapasan klaster pneumonia misterius di China bukan pandemi dan tidak memiliki bukti untuk perlu membangkitkan sikap waspada skala internasional.
Sebelumnya, WHO memang meminta China memberikan keterangan lebih lanjut mengenai lonjakan kasus pneumonia yang utamanya menjangkit anak-anak itu, sehingga menimbulkan sedikit ketegangan negara lain.
Taiwan misalnya, mulai membatasi warganya agar menghindari kunjungan ke China sementara, terutama bagi orang tua, anak-anak, dan orang yang memiliki imun lemah.
Beberapa media sosial pun ikut menimbulkan ketegangan, sebab mulai beredar foto banyak anak-anak memakai infus menjejali suatu rumah sakit di Kota Xian karena kasus ini.
Terkini, WHO telah menerima laporan terkait kasus tersebut, apakah ada patogen baru yang tidak biasa, seberapa banyak anak-anak terdampak, dan bagaimana perbandingannya dengan tren kasus serupa di masa lalu.
Dilansir dari Reuters, ternyata gangguan pernafasan terjadi karena China akan menghadapi musim dingin penuh pertama sejak pencabutan pembatasan ketat akibat Covid-19 setahun belakangan.
Selain itu, peredaran patogen penyebab kasus ini berasal dari mycolasma pneumoniae, bakteri yang memang sudah dikenal lebih banyak menyerang anak-anak.
"Otoritas kesehatan China juga memastikan bahwa jumlah korban yang diobservasi memiliki tren tidak lebih banyak ketimbang rekor di masa lalu, ketika terjadi musim dingin penuh terbaru sebelum terjadinya pandemi Covid-19," ujar WHO China, dikutip Bisnis dari Reuters, Sabtu (2/12/2023).
WHO juga menyarankan tidak perlu terjadi kekhawatiran berlebihan mengenai mycolasma pneumoniae. Terlebih, tren jumlah kasus saat ini tengah memulai masa penurunan.
"Tindak lanjut kami melalui jaringan klinis dan kerja sama dengan para dokter di China adalah bagaimana memberikan antibiotik lebih baik. Tidak perlu ada masalah, karena kasus ini biasanya muncul di kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara," ujar Kepala Teknis Covid-19 WHO Mara Van Kerkhove.
Senada, Epidemiolog sekaligus Profesor Kesehatan Masyarakat Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi India, Rajib Dasgupta menambahkan apabila tidak ada komplikasi serius oleh mycolasma pneumoniae, beberapa orang bahkan bisa pulih tanpa antibiotik.