Bisnis.com, JAKARTA – Hati yang rusak dapat menyebabkan banyak komplikasi mulai dari pembekuan darah, kesulitan berkonsentrasi, kebingungan, gangguan tidur, dan banyak masalah kesehatan lainnya. Sehingga, mengenali tanda-tanda awal kerusakan hati dapat mencegah penyakit bertambah parah.
Gaya hidup dan pola makan memainkan peran besar dalam kesehatan hati Anda. Terlalu banyak lemak jenuh, garam, dan gula olahan dapat mempersulit kerja hati sebagaimana mestinya, yang dapat menyebabkan peradangan dan bahkan jaringan parut.
Ada beberapa faktor gaya hidup berisiko tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan atau penyakit hati. Minum alkohol dalam jumlah banyak, obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi semuanya dapat memengaruhi kesehatan hati.
Kerusakan hati dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan mengenali tanda-tanda awal sangat penting untuk mendapatkan pertolongan medis yang cepat.
Tanda Awal Kerusakan Hati
Berikut ini merupakan tanda-tanda awal kerusakan hati yang tidak boleh diabaikan:
1. Urine berwarna gelap
Perubahan warna urin dan feses bisa menjadi indikasi hati yang rusak. Urine yang berwarna gelap mungkin menunjukkan adanya masalah pada ekskresi empedu, sedangkan tinja berwarna pucat dapat mengindikasikan kurangnya bilirubin yang mencapai usus.
2. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan, kelelahan, dan kelemahan yang tidak dapat dijelaskan juga dapat menjadi tanda-tanda kerusakan hati, karena organ tersebut memainkan peran penting dalam metabolisme.
3. Mual dan Muntah
Mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan bisa menjadi tanda kerusakan hati. Selain itu, rasa gatal yang terus-menerus bisa disebabkan oleh garam empedu yang menumpuk di kulit.
4. Gangguan fungsi otak
Kerusakan hati dapat mempengaruhi fungsi mental, menyebabkan kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi. Hal ini dirasakan dengan adanya gangguan tidur, seperti insomnia dan kantuk di siang hari.
5. Perubahan kulit
Bercak hitam pada kulit, sering disebut bintik hati atau bintik penuaan, mungkin juga mengindikasikan kerusakan hati. Kerusakan hati kronis dapat berkembang menjadi sirosis, yang ditandai dengan jaringan parut pada jaringan hati, yang mengakibatkan komplikasi seperti penumpukan cairan di perut.
Ketika jaringan parut permanen berkembang di hati, membuat organ tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Semakin banyak kerusakan, semakin kurang efektif hati dalam melakukan tugas-tugas pentingnya. (Luygi Ambhara Putri)