Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian menemukan bahwa merokok dapat menyebabkan penyusutan pada otak. Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak dapat dipulihkan, bahkan setelah berhenti merokok.
Penelitian ini menganalisis data berdasarkan lebih dari 32.000 orang di UK Biobank untuk mengungkapkan hubungan langsung antara merokok, kecenderungan genetik, dan volume otak.
Beberapa faktor tersebut terbukti memiliki kaitan, seperti kebiasaan merokok dan volume otak, kecenderungan genetik dan kebiasaan merokok, serta kecenderungan genetik dan volume otak.
Lebih lanjut, hubungan antara merokok dan volume otak bergantung pada dosis. Semakin banyak rokok yang dihisap seseorang per hari, semakin besar pula penyusutan otak yang dialami.
Penelitian ini juga menemukan bahwa merokok dapat menyebabkan penyusutan otak, yang secara efektif membuat otak menua sebelum waktunya, dan kerusakan ini tidak dapat dipulihkan bahkan setelah berhenti merokok.
“Karena otak manusia secara alami kehilangan volume seiring bertambahnya usia, merokok secara efektif menyebabkan otak menua sebelum waktunya,” kata para peneliti.
Namun, kabar baiknya adalah berhenti merokok dapat mencegah penyusutan otak lebih lanjut, tetapi tetap saja tidak bisa mengembalikan otak ke ukuran semula.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa perokok memiliki risiko tinggi untuk mengalami demensia dan diperkirakan bahwa 14 persen kasus Alzheimer dapat dikaitkan dengan merokok.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry: Global Open Science, membantu menjelaskan mengapa perokok berisiko tinggi mengalami penurunan kognitif terkait usia dan penyakit Alzheimer.
"Hingga saat ini, para ilmuwan telah mengabaikan efek merokok pada otak, sebagian karena kita terfokus pada semua efek buruk merokok pada paru-paru dan jantung," kata penulis senior Laura J. Bierut, MD, mengutip laman NeuroScience.
"Namun, setelah kami mulai mengamati otak secara lebih dekat, semakin jelas bahwa merokok juga sangat buruk bagi otak,” tambahnya.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa merokok memiliki kaitan dengan penyusutan volume otak, namun mereka tidak yakin apa yang menjadi pemicunya. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah genetika.
Baik ukuran otak maupun kebiasaan merokok dapat diturunkan, dan sekitar setengah dari risiko seseorang untuk merokok dapat dikaitkan dengan gennya. (Kresensia Kinanti)