Bisnis.com, JAKARTA — Punya aviofobia atau fobia naik pesawat terbang? Sepertinya harus melewatkan film satu ini. Film thriller, "Society of the Snow", sudah bisa disaksikan di Netflix.
Film ini menceritakan tentang sekelompok berisi 16 orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di pegunungan Andes dan harus mengambil tindakan putus asa untuk tetap hidup.
Disutradarai oleh J.A. Bayona, film tersebut tayang di raksasa streaming tersebut pada 4 Januari 2024 setelah rilis teatrikal terbatas di AS pada 23 Desember 2023.
"Society of the Snow" mendapat sambutan positif setelah dirilis secara luas, dilaporkan mengungguli Maestro dan May December.
Di balik film tersebut, ada cerita nyata yang dialami langsung oleh Fernando Parrado, 74, yang menghabiskan dua bulan terjebak di pegunungan bersama para penyintas lainnya.
Siapa Fernando Parrado?
Fernando "Nando" Seler Parrado Dolgay adalah salah satu dari 16 orang yang selamat dari Penerbangan 571 Angkatan Udara Uruguay.
Dia bertahan selama 72 hari tanpa makanan, air atau pakaian musim dingin di ketinggian lebih dari 9.800 kaki. Pada saat kecelakaan terjadi, dia hanya pemuda berusia 22 tahun yang tengah menunggu untuk masuk universitas untuk belajar bisnis.
Fernando adalah anggota tim rugby amatir, Old Christians, yang diundang untuk bermain di Chili. Dalam kecelakaan pesawat tersebut Fernando sempat dianggap mati lantaran sempat tak sadarkan diri sampai empat hari.
Namun keberuntungan berpihak, dia bisa tetap hidup. Belakangan, ahli saraf memberi tahu bahwa dehidrasi dan kedinginan yang dialami mencegah cidera di kepalanya membengkak dan membunuhnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Euronews, dia mengenang saat dia koma selama empat hari setelah kecelakaan itu. Ketika dia bangun, dia mendapati ibu dan adik perempuannya meninggal dalam kecelakaan itu, bersama dengan dua sahabatnya.
Seminggu setelah kecelakaan itu, mereka menerima kabar melalui radio bahwa upaya pencarian akan dihentikan. Tanpa pakaian pelindung atau perlengkapan pendakian, Fernando bersama penumpang lain yang selamat, Roberto Canessa mendaki pegunungan Andes selama sepuluh hari untuk mencari bantuan.
Mereka akhirnya menemukan Sergio Catalan Martinez, seorang penggembala yang membunyikan alarm.
Selama mencari pertolongan usai kecelakaan tersebut, Fernando kehilangan 45 kilogram dan menyebut pengalaman itu sebagai "neraka yang benar-benar hitam".
“Dibandingkan dengan apa yang kita lalui, neraka itu nyaman,” katanya, dilansir The Sun, Rabu (9/1/2024).
Apa yang terjadi dengan penerbangan 571 Angkatan Udara Uruguay?
Penerbangan Angkatan Udara Uruguay 571 adalah pesawat sewaan dari Fairchild FH-227D dalam rute dari Montevideo, Uruguay ke Santiago, Chili.
Penerbangan tersebut disewa untuk membawa anggota tim rugby amatir Old Christians Club bertanding dengan tim Inggris, Old Boys Club. Pesawat tersebur lepas landas dari Bandara Internasional Carrasco pada 12 Oktober 1972.
Karena cuaca buruk, penerbangan mendarat lebih awal di Mendoza, Argentina tempat tim bermalam. Pesawat tersebut kemudian melanjutkan perjalanan dan lepas landas dari Mendoza pada Jumat, 13 Oktober. Tanggal kramat ini dinilai "lucu" oleh tim rugby yang menumpanginya.
Satu jam setelah penerbangan, seorang co-pilot yang tidak berpengalaman tidak menyadari bahwa pesawat berada 70 mil jauhnya dari kota tempat mereka seharusnya mendarat.
Letnan Kolonel Dante Héctor Lagurara memulai penurunan pesawat, namun tidak menyadari fakta bahwa mereka masih terbang di atas Andes.
Saat pesawat turun, dia menabrak sebuah gunung dan membuat kedua sayap yang dikemudikannya terlepas. Sisa badan pesawat kemudian meluncur ke gletser dengan kecepatan 220mph sejauh 2.379 kaki sebelum menabrak es.
Di dalam pesawat terdapat 45 orang, termasuk kru, teman, keluarga, dan tim rugby, serta orang asing yang telah membeli kursi untuk menghadiri pesta pernikahan.
Setelah kecelakaan, tiga awak dan sembilan penumpang tewas segera setelah kecelakaan itu. Sementara, 17 orang lainnya meninggal karena luka-luka dan mati lemas akibat longsoran salju yang terjadi beberapa hari kemudian.
Setelah 10 hari, korban selamat mengetahui dari radio di pesawat bahwa pencarian telah dibatalkan. Mereka harus menanggung penderitaan ekstrem selama 72 hari, termasuk kelaparan, suhu beku, dan longsoran salju.