Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, apabila seseorang mengonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuhnya, akan berisiko pada timbulnya penyakit, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, arthritis, batu empedu, dan penyakit lainnya.
Karena itu, pola makan yang sehat mencakup semua unsur gizi yang seimbang sesuai kebutuhan tubuh.
Dokter Gizi, dr. Putri Sakti Dwi Permanasari, Sp.GK, mengungkapkan gizi seimbang menjadi hal paling penting dalam menerapkan gaya hidup sehat. Misalnya, selain karbohidrat sebagai sumber energi utama, tubuh juga membutuhkan sumber zat pembangun dan pengatur lainnya yang bisa didapat dari protein nabati dan hewani.
"Keduanya juga mengandung lemak yang penting bagi tubuh asalkan dikonsumsi sesuai kebutuhan.” ujarnya.
Menyambut Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2024, Tokopedia bersama dr. Putri Sakti Dwi Permanasari, Sp.GK, mengupas fakta dan mitos seputar makan sehat dan bergizi serta penerapan pola hidup yang lebih sehat.
Berikut Fakta dan Mitos Makan Sehat menurut Tokopedia dan Dokter Gizi
1. Mitos: Makan malam akan membuat berat badan naik
“Faktanya, makan malam tidak akan membuat berat badan naik jika jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari tetap sesuai kebutuhan kalori per orang dan membatasi konsumsi manis dan berlemak. Seseorang yang sedang menurunkan berat badan disarankan untuk makan malam 2-3 jam sebelum waktu tidur, untuk menghindari risiko asam lambung naik,” jelas dr. Putri bersama Tokopedia.
“Ketika lapar saat malam hari, disarankan makan buah-buahan seperti blueberry yang mengandung banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan tulang, seperti kalsium, zat besi, magnesium, hingga fosfor atau pisang yang merupakan sumber potasium, vitamin C hingga antioksidan. Hindari camilan seperti makanan olahan atau yang digoreng dengan minyak berlebih,” saran dr. Putri.
Fakta: Mindful eating lebih baik dibanding mengurangi porsi makan
“Mengurangi porsi makan berlebihan hingga menghindari makanan tertentu demi menurunkan berat badan justru tidak baik. Lebih baik menerapkan mindful eating karena tidak ada makanan yang terlalu baik maupun jahat. Mindful didasarkan pada kesadaran penuh seseorang saat makan. Misalnya, memperhatikan apa saja yang dimakan, besarnya porsi makanan, mengetahui kapan saat lapar dan saat kenyang,” jelas dr. Putri.
2. Mitos: Ikuti pola makan sehat yang lagi trending di media sosial
“Diet yang tepat adalah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, bukan berdasarkan testimonial atau yang sedang trending di media sosial. Sebelum menjalankan diet, dianjurkan untuk konsultasi ke dokter gizi atau ahli gizi terlebih dahulu,” jelas dr. Putri bersama Tokopedia.
“Dokter gizi atau ahli gizi dapat mengatur pola diet berdasarkan kondisi tubuh pasien agar kebutuhan makronutrien dan mikronutrien seperti vitamin mineralnya tetap bisa terpenuhi. Mengingat diet tidak boleh trial and error. Selain menerapkan diet sehat yang telah dianjurkan oleh dokter gizi atau ahli gizi, penting sekali untuk melengkapi gaya hidup sehat dengan berolahraga,” tegas dr. Putri.
Fakta: Olahraga tetap penting untuk mengurangi berat badan
Manfaat utama dari berolahraga adalah menjaga kesehatan tubuh dari penyakit. “Selain pola makan yang sehat dan bergizi, lakukan pula olahraga secara rutin, minimal 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang. World Health Organization (WHO) merekomendasikan berolahraga selama 150 menit tiap minggu olahraga untuk menguatkan massa otot,” ucap dr. Putri.
3. Mitos: Boleh makan apa saja saat ‘jendela makan’ ketika jalani intermittent fasting
Faktanya, jendela makan saat intermittent fasting adalah waktu untuk memenuhi segala kebutuhan tubuh secara seimbang. Dr. Putri menegaskan ‘bukan bisa makan apa saja’ tetapi pemenuhan asupan karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin mineral dengan komposisi secara seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh pada waktu ‘jendela makan’.
“Jangan lupa konsultasi dengan dokter gizi atau ahli gizi agar intermittent fasting bisa berjalan dengan optimal. Tujuan dari intermittent fasting adalah mengurangi massa lemak tubuh, bukan menurunkan berat badan saja. Jika massa otot ikut menurun, maka akan menyebabkan seseorang jadi mudah sakit, mudah lelah, rambut rontok, sehingga efek produktivitas menurun,” ujar dr. Putri bersama Tokopedia.
“Sebetulnya yang dibutuhkan bukan hanya penurunan berat badan, tetapi juga penurunan massa lemak sehingga penting untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Pastikan memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan setiap individu,” tutup dr. Putri bersama Tokopedia.