Bisnis.com, JAKARTA - Komika Babe Cabita hari ini dikabarkan meninggal dunia, jelang H-1 idulfitri.
Sebelumnya, dia dikabarkan pernah mengidap anemia aplastik.
Lantas apa itu anemia aplastik?
Baca Juga Amankah Penderita Anemia Berpuasa? |
---|
Dikutip dari laman data pusat hematologi, anemia aplastik adalah sebuah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh merasa lelah dan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi yang tidak terkontrol.
Anemia aplastik diketahui mempengaruhi orang-orang pada segala usia, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia antara 10 hingga 20 tahun atau 60 hingga 65 tahun. Ini bisa terjadi tiba-tiba, atau bisa berkembang secara perlahan dan memburuk setelah beberapa waktu. Anemia aplastik bisa ringan atau berat.
Perawatan untuk anemia aplastik meliputi obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang yang juga disebut sebagai transplantasi sel induk.
Apa penyebab Anemia Aplastik?
Penyebab paling umum dari anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang orang tersebut.
Akibatnya, sel punca yang rusak ini tidak mampu memproduksi sel darah dengan baik dan menyebabkan sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau mengandung sel darah yang tidak mencukupi (hipoplastik).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi fungsi sumsum tulang dan meningkatkan risiko anemia aplastik meliputi:
Paparan bahan kimia beracun: Paparan insektisida, pestisida, dan bahan dalam bensin yang disebut benzena telah dikaitkan dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.
Efek samping obat-obatan tertentu: Beberapa antibiotik dan obat-obatan dapat menyebabkan anemia aplastik.
Kemoterapi dan radiasi: Ini adalah perawatan kanker yang membantu membunuh sel kanker. Namun, terapi ini juga dapat menyebabkan kerusakan sel-sel sehat termasuk sel-sel induk di sumsum tulang yang mengakibatkan anemia aplastik. Namun, efek samping ini bersifat sementara dan cenderung hilang setelah pengobatan kanker selesai.
Kehamilan: Selama kehamilan, sistem kekebalan dapat menyerang sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memproduksi sel darah.
Infeksi virus: Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang dapat memicu perkembangan anemia aplastik. Virus hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19 terkait dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.
Gangguan autoimun: Gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel sehat dapat mempengaruhi sel induk yang menyebabkan anemia aplastik.
Kelainan langka: Beberapa pasien dengan anemia aplastik memiliki kelainan langka yang disebut hemoglobinuria nokturnal paroksismal. Kondisi ini terjadi karena kerusakan dini sel darah merah yang mengakibatkan anemia aplastik. Dalam beberapa kasus, anemia aplastik dapat terjadi pada pasien dengan penyakit bawaan langka yang disebut anemia Fanconi. Anak yang lahir dengan anemia Fanconi cenderung memiliki cacat bawaan seperti pertumbuhan abnormal dan anggota badan yang kurang berkembang.
Faktor yang tidak diketahui: pada sebagian besar kasus, penyebab pasti anemia aplastik tidak dapat diidentifikasi (Anemia Aplastik Idiopatik).
Gejala Anemia Aplastik?
Seseorang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Jika ada gejala, maka gejalanya meliputi
Kelelahan, sesak napas, pusing, sakit kepala
Detak jantung cepat dan tidak teratur
Kulit pucat atau ruam kulit
Infeksi yang sering atau menetap
Demam
Memar yang tidak dapat dijelaskan, mimisan, gusi berdarah atau pendarahan berlebihan dari luka kecil
Anemia aplastik dapat bersifat sementara atau kronis. Jika tidak dikelola dengan baik maka kondisi dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi yang fatal.