Bisnis.com, JAKARTA – Komika Babe Cabita meninggal pada Selasa (9/4/2024), sehari menjelang Hari Raya Idulfitri. Pemilik nama asli Priya Prayogha Pratama itu sempat memberikan nasehat menyentuh sebelum berpulang.
Babe Cabita yang lahir pada 5 Juni 1989 itu, dikenal sebagai pelawak tunggal. Debutnya di kancah nasional dimulai saat menyabet gelar juara Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ketiga tahun 2013.
Dia menjuarai kompetisi itu setelah mengalahkan Fico Fachriza di grand final. Ciri khas komedinya dengan membawakan materi santai, lugas, gaya act out–nya yang berani, sehingga mampu membuat penonton tertawa. Tagline yang sering dilontarkan, "ahh…sudahlah."
Namun, sayang usia komedian ini tidak lama. Sebelumnya, dia dikabarkan mengidap anemia aplastik. Dalam beberapa tahun terakhir Babe Cabita acapkali keluar rumah sakit. Hampir setahun lalu dia mengabarkan dirinya usai dirawat di rumah sakit.
Dirinya hampir putus asa. Dia berfikir pada saat di rumah sakit itu merupakan hari kematiannya telah datang. Akan tetapi, Babe Cabita berusaha bangkit, dan memilih mempersiapkan kematiannya tersebut.
“Alhamdulillah seminggu lebih keluar RS, saat di RS aku berfikir aku bakal mati, dari situ aku sadar, daripada aku takut mati lebih baik aku mempersiapkan kematian,” ujarnya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.
Cara dia mempersiapkan kematian dengan cara menjauhi larangan, dan mengerjakan apa yang harus dikerjakan. “Setiap orang bakal mati, dan tidak tau kapan, aku juga baru tau betapa berharganya nikmat sehat. dulu aku pikir rejeki itu ya duit, ternyata sehat jauh lebih berharga,” tuturnya.
Sejak divonis sakit anemia aplastik, Babe Cabita lebih banyak menjaga pola makan, waktu tidur, berat badan hingga olahraga. “Sekarang aku sadar betapa pentingnya menjaga apa yang dimakan, menjaga jam tidur, menjaga berat badan dan olahraga.”
Penyakit yang diindap Babe Cabita tergolong langka. Anemia aplastik adalah sebuah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh.
Hal ini menyebabkan tubuh merasa lelah dan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi yang tidak terkontrol. Anemia aplastik diketahui mempengaruhi orang-orang pada segala usia, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia antara 10-20 tahun atau 60-65 tahun.
Penyakit ini bisa terjadi tiba-tiba, atau berkembang secara perlahan dan memburuk setelah beberapa waktu. Anemia aplastik bisa ringan atau berat. Perawatan untuk anemia aplastik meliputi obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang yang juga disebut sebagai transplantasi sel induk.
Penyebab paling umum dari anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang orang tersebut. Akibatnya, sel punca yang rusak ini tidak mampu memproduksi sel darah dengan baik dan menyebabkan sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau mengandung sel darah yang tidak mencukupi (hipoplastik).