Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui penggunaan obat tarlatamab (Imdelltra) guna pengobatan penyakit kanker paru-paru sel kecil stadium lanjut.
Obat tarlatamab merupakan inovasi baru setelah lebih dari satu dekade yang mampu menolong harapan hidup pasien kanker paru-paru.
“Setelah beberapa dekade mengalami kemajuan minimal dalam pengobatan kanker paru-paru sel kecil, kini tersedia pilihan pengobatan yang efektif dan inovatif,” kata Laurie Fenton Ambrose, Presiden dan CEO G02 untuk Kanker Paru-paru, seperti diberitakan U.S News, dikutip pada Senin (20/5/2024).
Di sisi lain, menurut wakil presiden eksekutif perusahaan pembuat obat Amgen, Dr. Jay Bradner mengatakan persetujuan ini merupakan momen berharga untuk melawan dan memberikan kesempatan hidup yang lebih panjang kepada pasien kanker paru-paru sel kecil.
“Imdelltra menawarkan harapan bagi para pasien yang sangat membutuhkan terapi inovatif baru, dan kami bangga dapat memberikan pengobatan efektif yang telah lama ditunggu-tunggu ini kepada mereka,” kata Jay.
Pengobatan ini hanya diberikan kepada pasien yang sudah melakukan berbagai macam pengobatan untuk mengobati kanker paru-paru. Dalam uji coba yang dilakukan, obat ini meningkatkan harapan pasien sebanyak tiga kali lipat.
Tarlatamab merupakan obat antibodi untuk mengatasi sel kanker paru-paru. Obat ini memiliki Sel T yang akan menempel pada molekul pertumbuhan sel kanker. Sel T akan menyatu dengan aliran darah merah dan putih sehingga dapat membunuh sel kanker yang berada di dekatnya. Sel T membuat sel kanker mengaktifkan gen yang dapat menghancurkannya dari dalam.
Seperti diketahui sel kanker memiliki kemampuan untuk memblokir sel-sel sistem kekebalan tubuh yang mencoba untuk menghancurkannya.
Dilansir FDA, penggunaan obat ini dianjurkan dengan dosis awal 1 mg sebagai infus intravena selama 1 jam pada siklus 1 hari 1, dan dilanjut dosis 10 mg pada siklus 1 hari 8 dan hari 15 hingga setiap 2 minggu kedepannya. Pemberian obat ini terus dilakukan sampai perkembangan penyakit atau toksisitas tidak terdeteksi dalam tubuh.
Dalam studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine menunjukan bahwa tarlatamab menekan 40% sel kanker terhadap pasien yang menerima dosis sebanyak 10 mg melalui infus intravena setiap dua minggu.
Pengujian tersebut juga menemukan rata-rata pasien yang menerima obat tersebut dapat memperpanjang hidup selama rata-rata 14,4 bulan, dibandingkan pada umumnya sekitar 5 bulan.
Namun, obat ini memiliki efek samping bagi penggunanya. Efek samping ini disebabkan oleh pelepasan sitokin yang dapat mengancam sistem kekebalan tubuh terhadap respons dari obat tersebut.
Efek samping dari obat tersebut adalah ritme jantung tidak normal, tekanan darah rendah, dan gejala seperti ruam. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)