Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah penelitian terkini menemukan mendidik anak dengan memarahi anak bisa menyebabkan depresi dan perubahan suasana hati anak.
Memarahi anak termasuk dalam pelecehan verbal terhadap anak. Aksi membentak dan memanggil nama anak dengan panggilan yang kurang pantas bisa berpengaruh pada suasana hati anak yang buruk, bisa menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada masa remaja, dan kenakalan (perilaku antisosial).
Dilansir dari The Conversation.com, Senin (23/9/2024), pelecehan verbal termasuk dalam pelecehan emosional. Contoh dari perilaku ini adalah, memaki, memanipulasi, mempermalukan, serta mendiamkan anak.
Baca Juga 7 Dampak Buruk yang Muncul Saat Depresi |
---|
Para peneliti menyertakan 149 studi kuantitatif dan 6 studi kualitatif tentang topik tersebut dan menemukan bahwa mereka menggunakan 21 istilah berbeda untuk mendefinisikan pelecehan verbal pada anak.
Perilaku yang paling umum sering dilakukan oleh orang tua adalah berteriak dan menjerit. Mengeluarkan kata-kata yang mengancam, mencaci-maki, dan mengkritik termasuk pada perilaku umum lainnya. Hampir tidak ada studi yang menyertakan perilaku di mana orang tua tidak meninggikan suaranya.
Penelitian ini juga menemukan bahwa hanya 4 studi yang mengaitkan pelecehan verbal dengan perilaku nakal. Sementara, 8 studi melaporkan adanya hubungan antara pelecehan verbal dan depresi.
Namun, dari penelitian yang dilakukan, tidak benar-benar diketahui mana yang terjadi lebih dulu, pelecehan verbal atau masalah kesehatan mental. Bisa jadi orang tua tidak tahu bagaimana cara menghadapi perilaku anak dan berakibat pada penggunaan teknik pengasuhan yang kasar.
Dilansir dari abc.go, berdasarkan penelitian yang dipublikasi melalui jurnal medis Epidemiology and Psychiatric Sciences, orang tua perlu mendapatkan dukungan untuk meningkatkan keterampilan mengasuh mereka
“Kami menemukan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua dengan tingkat stress yang tinggi berisiko mengalami masalah kesehatan fisik dan mental yang berkelanjutan. Orang tua ini mungkin memerlukan dukungan dan sumber daya tambahan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan meningkatkan keterampilan mengasuh anak mereka,” jelas Dr. Ioannis Katsantonis, peneliti doktoral di Universitas Cambridge, dikutip pada Senin (23/9/2024).
Pola asuh orang tua yang konsisten terbukti memberikan perlindungan ringan pada anak-anak yang berisiko lebih rendah mengalami gejala kesehatan mental.
Melansir pada kidshealth.org, orang tua dapat membentuk pola asuh yang baik dengan meluangkan waktu untuk anak, memprioritaskan komunikasi dengan anak, fleksibel, serta mau menyesuaikan gaya pola asuh sesuai dengan perubahan anak. (Jesslyn Samantha Rumiris Lumbantobing)