Bisnis.com, JAKARTA – Dengan lebih dari 3,5 juta kasus infeksi dan sekitar 250.000 kasus kematian di seluruh dunia, para ilmuwan terus berupaya untuk menghadirkan vaksin virus corona baru yang efektif.
Sejumlah pakar mengatakan bahwa dibutuhkan waktu setidaknya 12 hingga 18 bulan untuk vaksin dapat tersedia secara publik, sementara yang lainnya optimistis mampu menyediakan obat pada tahun ini.
Selain pertanyaan tentang kapan kiranya vaksin benar-benar tersedia, muncul juga pertanyaan berapa kiranya harga vaksin ke yang nantinya akan hadir untuk membantu penanganan pandemi Covid-19?
Penetapan Harga Vaksin
Ada banyak faktor yang memengaruhi biaya pembuatan vaksin, termasuk proses pembuatannya, ketersediaan bahan, jumlah dosis yang diperlukan, dan bagaimana vaksin itu perlu disimpan atau didistribusikan.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), vaksin yang pertama dikembangkan pada 1920an yakni vaksin tetanus harganya kurang dari US$35 per suntikan. Akan tetapi, Food and Drug Administration (FDA) mencatat vaksin HPV pada 2006 harganya mencapai US$230 per dosis tunggal.
Laporan dari The New York Time menyatakan antara 1986 dan 2014, biaya imuniasi penuh anak-anak di Amerika Serikat naik dari US100 menjadi lebih dari US$2.000. Biaya yang dikeluarkan pemerintah federal meningkat 15 kali lipat.
Di pasar bebas, berapa biaya perusahaan farmasi untuk vaksin ditentukan oleh seberapa banyak pemerintah bersedia membayar untuk itu. Hasilnya adalah sistem berjenjang, di mana negara-negara kaya biasanya membayar lebih banyak.
Menurut World Health Organization (WHO), biaya imunisasi di negara-negara berkembang seperti vaksin campak, polio, dan tuberkolosis, dapat menelan biaya kurang dari 10 persen dari harga imunisasi di Eropa atau Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, perusahaan farmasi sering mendasarkan tarif mereka bukan pada biaya riset dan pengembangannya, tetapi pada manfaat yang mereka yakini akan dihasilkan oleh vaksin tersebut.
“Pada sejumlah faktor, yang paling penting adalah nilai atau dampak yang dibawa kepada individu dan masyarakat,” kata seorang juru bicara Merck, perusahaan di bidang kesehatan di Amerika Serikat seperti dikutip Business Insider, Selasa (5/5/).
Ancaman Eksploitasi Harga Vaksin
Pada awal musim influenza 2004, FDA menetapkan bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Chiron Corporation tidak aman setelah adanya pemeriksaan pabrik perusahaannya di Liverpool, Inggris. Hal ini menyebabkan hampir setengah dari proyeksi pasokan vaksin ke Amerika Serikat tidak dapat digunakan.
Kekurangan tersebut menyebabkan harga vaksin terkerek melambung. Berdasarkan survei dari American Society of Health System, lebih dari 55 persen apoteker ketika itu mengatakan bahwa mereka ditawari vaksin flu dengan harga selangit.
Banyak rumah sakit juga melaporkan distributor menawarkan suntikan flu dengan harga US$100, dibandingkan dengan kondisi normal yang berada di rentang harga US$12-US$20 per jab.
Intervensi Pemerintah untuk Menekan Harga Vaksin
Untuk mencegah krisis serupa, Congressional Democrats di Amerika Serikat telah menandatangani surat kepada Presiden Donald Trump pada Februari lalu, yang menyerukan Department of Health and Human Service mencegah perusahaan swasta untuk memiliki lisensi eksklusif terhadap vaksin virus corona.
“Memberikan hak monopoli dapat mengakibatkan obat mahal yang tidak dapat diakses, membuang-buang sumber daya publik, dan membahayakan kesehatan masyarakat di Amerika Serikat dan seluruh dunia,” bunyi surat itu.
Sementara itu, Alex Azar, Health and Human Services Secretary menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa menjamin kontrol harga pada vaksin virus corona, “Kami ingin memastikan dan membuatnya terjangkau, tetapi kami tidak dapat mengendalikan harga karena kami membutuhkan sektor swasta untuk berinvestasi,” katanya merespons surat terbuka yang diajukan.
Namun, keesokan harinya Azar mengatakan bahwa jika pemerintah telah ikut membiayai penelitian swasta atau pengembangan vaksin, maka mereka bisa memastikan ada akses intervensi lebih dari hasil yang didapatkan itu baik vaksin atau terapi.
Sementara itu, Maria D. Gracia seorang pengacara industri kesehatan mengatakan bahwa pemerintah dalam hal ini dapat menggunakan langkah-langkah pembatasan harga untuk mencegah ekploitasi harga vaksin.
“Mereka juga dapat mensubsidi biaya pembuatan vaksin untuk membantu mengendalikan harga dan memastikan bahwa setiap vaksin di masa depan dapat didistribusikan secara luas ke masyarakat Amerika Serikat,” katanya kepada Business Insider.
Di Amerika Serikat, vaksinasi anak-anak diselenggarakan melalui program swasta dan publik. Paket asuransi biasanya mencakup vaksin rutin tanpa pungutan biaya, sementara CDC membeli vaksin lain untuk penerima berkebutuhan khusus dengan harga diskon.
Biaya Vaksin di Beberapa Negara
Di negara-negara dengan layanan kesehatan universal seperti Australia, Kanada, dan Inggris, program vaksinasi rutin ditawarkan kepada anak-anak dan orang dewasa tanpa biaya sama sekali.
Di Jerman, perusahaan asuransi publik dan swasta menanggung biaya vaksinasi yang direkomendasikan oleh Vaccination Commision. Sebagian besar program vaksin ini tidak diwajibkan. Baru-baru ini saja pemerintah mewajibkan anak-anak menerima suntikan campak.
Beberapa negara juga secara ketat mengatur penetapan harga vaksin. Misalnya, di Singapura satu dosis vaksin campak, gondok, dan rubela harganya sekitar US$15. Adapun, di Amerika Serikat biaya untuk vaksin yang sama ada di rentang harga US$21 melalui pemerintah dan US$80 melalui swasta.
Akankah Perusahaan Asuransi Kesehatan Menanggung Vaksin Corona?
Gracia memperkirakan semua penyedia asuransi kesehatan utama di Amerika Serikat akan menanggung biaya vaksin virus corona, sama seperti mereka yang telah menanggung biaya perawatan pasien Covid-19 selama masa pandemi.
“Mereka juga akan mendapatkan tekanan dan opini publik untuk membuat vaksin tersedia secara luas dan terjangkau. Akan menjadi mimpi buruk bagi perusahaan untuk tidak menanggung biaya vaksin tersebut,” katanya.
Disahkan pada bulan Maret, Undang-Undang Bantuan Koron dan Keamanan Ekonomi telah memasukkan klausul untuk menutupi biaya penuh dari sntikan penerima Medicare. Namun demikian, hal ini bisa berdampak terhadap peningkatan biaya asuransi yang semakin tinggi.
Respons Perusahaan Farmasi
Banyak pengembang vaksin berjanji untuk member harga vaksin virus corona secara layak dan adil. EpiVax misalnya, yang memproduksi vaksin cacar, tuberkolosis, dan influenza mengatakan perlu sekitar 3 bulan lagi untuk merampungkan uji klinis vaksin virus coronanya.
Mereka menyebut diperlukan setidaknya sekitar US$300 juta untuk pengembangan vaksin bernama EPV-CoV19 hingga finis. Kendati begitu, pimpinan perusahaan terlah berjanji tidak akan mencari keuntungan dari pandemi ini, hanya untuk menutupi biaya yang telah mereka keluarkan.
Moderna, perusahaan Amerika Serikat yang juga ikut mengembangkan vaksin menawarkan sentimen senada. Mereka mangatakan bakal mempertimbagkan harga, tetapi menyebut harganya akan sedikit lebih tinggi dari vaksin virus pernapasa lainnya.
Salah seorang petugas ilmiah dari Johnson & Johnson mengharapkan vaksin corona yang sedang dikembangkan perusahannya hanya akan menelan biaya sekitar US$10 atau US$11 per dosis, tergantung pada ouput dari jalurp produksi.