Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan menyebut ada kemungkinan bahwa vaksin Covid-19 tidak akan bekerja dengan baik pada orang tua yang paling berisiko terserang penyakit serius dan mengalami gejala penyakit parah.
Peter Openshaw, salah satu anggota dari kelompok penasihat ilmiah Imperial mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan makalah tentang penargetan kelompok yang berbeda dalam populasi terkait vaksin.
“Kadang-kadang perlu untuk melindungi kelompok rentan dengan menargetkan kelompok lainnya seperti yang dilakukan dengan influenza. Beberapa tahun terakhir, Inggris berada di garis depan penggunaan vaksin untuk anak-anak,” katanya seperti dikutip The Guardian, Rabu (24/6).
Dia menerangkan, pemberian vaksin flu semprot kepada anak-anak sebelum mereka mengalami flu parah dapat melindungi orang tua mereka. Petugas kesehatan dan perawat yang diimunisasi juga akan membantu melindungi orang berusia lanjut yang banyak berhubungan dengan mereka.
Arne Akbar, Profesor Imunologi di University College London mengatakan para ilmuwan perlu mencari tahu apa yang salah dengan sistem kekebalan tubuh seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Dia menyebut pada orang tua yang sehat ada lebih banyak peradangan di dalam rubuhnya.
“Kita perlu memahami dari mana datangnya peradangan itu. Itu menjadi awal dan berkaitan dengan kelemahan serta banyak hasil negatif seiring bertambahnya usia. Saat ini berdampak pula pada infeksi parah seperti Covid-19. Tapi apa sumber awalnya? Ini yang harus ditangani,” katanya.
Akbar mengatakan sesuatu yang lain mungkin diperlukan di samping vaksin untuk orang yang lebih tua, misalnya steroid deksametason yang dapat memblokir peradangan yang disebabkan oleh virus dan terbukti berdampak terhadap Covid-19.
Vaksin di Inggris yang dikembangkan oleh University of Oxford telah mengumukan kesuksesan uji coba dosis kandidat vaksin pada hewan, yang memiliki respons mirip dengan manusia. Institus Pilbright, bekerja sama dengan ilmuwan menetapkan bahwa dua dosis menghasilkan respons antibodi yang meningkat.
“Belum diketahui level respons imun apa yang dibutuhkan untuk melindungi manusia dari SARS-CoV-2. Uji coba efikasi vaksin sedang dilakukan dan jika hasilnya lebih rendah dari yang diharapkan, penting untuk mengetahui apakah pemberian dosis lebih tinggi dapat memberikan hasil,” kata sebuah pernyataan.
Sarah Gilbert, Profesor Vaksininologi di University of Oxford mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari 140 vaksin yang sedang dikembangkan akan menjadi obat yang sempurna. Dia menyebut vaksin yang bermanfaat tidak harus 100 persen efektif.
“Bahkan dengan akurasi 50 persen, kita benar-benar bisa melangkah jauh untuk melindungi populasi. Jadi kami optimistis bahwa kami memiliki sesuati yang bagus. Jika perlu, kami dapat menggabungkan vaksin untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi,” katanya.