Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi donor darah, Reblood, mengakui selama masa pandemi kebutuhan darah kian meningkat namun pasokan pada darah justru menipis.
Menurut CEO Reblood, Leonika Sari Njoto, pasokan darah dari para pendonor di seluruh Indonesia sedang menurun. Ada banyak penyebabnya, salah satunya karena sedikitnya akses kegiatan sosial, karantina dan pembatasan sosial. Alhasil penurunan pasokan darah berkisar antara 70 persen sampai 80 persen.
“Sementara pada sisi lain kebutuhan donor darah khususnya plasma itu meningkat. Karena dengan plasma darah itu terapi menyembuhkan pasien Covid-19 dengan transfusi plasma darah yang sudah ada antibodi dari para penyintas,” ujar Leonika kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Untuk mengatasi pasokan yang terkendala, Reblood pun mencoba cara baru dengan mengontak secara pribadi setiap user aplikasi melalui WhatsApp untuk mengundang mereka melakukan donor darah.
Cara ini terbukti cukup baik untuk menaikkan angka pasien yang sembuh dari Covid-19. Salah satu contohnya terjadi di Surabaya, Jawa Timur sebagai kota dimana kantor pusat dan Reblood didirikan.
“Di Surabaya mulai meningkat angka pendonornya. Kami selalu bantu setiap dapat informasi kebutuhan darah langsung aplikasi kami akan mengirimkan pesan notifikasi ke semua akun,” terangnya.
Uniknya, selama pandemi meski pasokan berkurang jumlah user aplikasi Reblood justru meningkat. Adapun kenaikan jumlah user aplikasi naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
“Biasanya kenaikan per tahun hanya 10 persen, atau 25 persen. Sekarang sampai 100%. Kami kira orang sekarang tak terlalu berani mendonor tapi kalau misal kita buat acara donor dengan bantuan sponsor, ada doorprize, sejenisnya, ternyata bisa menarik user bergabung ke aplikasi,” ujarnya.
Dia mengakui, mayoritas user yang tergabung di Reblood adalah orang yang sehat atau tidak pernah tertular Covid-19. Sementara kebutuhan saat ini selain menunggu vaksin adalah ketersediaan plasma darah dari pasien yang sudah sembuh Covid-19. Oleh sebab itu, Leonika berniat untuk mendorong lebih banyak jumlah pendonor yang merupakan penyintas Covid-19 sebagai user.
“Kami fokus cari donor untuk terapi plasma darah. Kami kolaborasi dengan TNI untuk pendataan survivor Covid-19 yang cocok dan bisa donor,” ungkapnya.
Dia menambahkan, seiring dengan kenaikan jumlah user, Leonika berharap pasokan darah bisa ikut bertambah. Selain itu, donor darah juga bisa menjadi program edukasi kesehatan dan momen untuk tes kesehatan yang rutin.
“Donor darah banyak manfaatnya, karena ada tes kesehatan, pas donor darah sudah pasti ada tes HIVnya, hepatitis B, dan C, Sifilis, dan sebagainya. Jadi tidak hanya untuk tahu golongan darah, jadi ini perlu jadi lifestyle,” tuturnya.