Bisnis.com, JAKARTA - Di Asia, terjadi lonjakan permintaan protein nabati. Semakin banyak konsumen memilih untuk mengikuti pola makan tanpa daging yang mereka yakini sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan.
Christian Philippsen, managing director of BENEO in Asia Pacific, mengatakan penggunaan alternatif daging didorong oleh berbagai faktor, termasuk kekhawatiran konsumen tentang kesehatan, kesejahteraan hewan, lingkungan, dan biaya. Hasilnya adalah pergeseran kesetiaan dari protein berbasis daging ke protein nabati, dengan pengganti daging mulai muncul dalam menu rantai makanan di seluruh Asia.
Secara global, klaim vegetarian atas produk makanan dan minuman total juga telah meningkat dan segmen makanan siap saji juga mengikuti tren. Banyak konsumen menganggap protein nabati sebagai bahan alami dan sehat, dengan manfaat spesifik yang kaya vitamin dan rendah kolesterol serta lemak jenuh. Karenanya, pasar pengganti daging terus berkembang di semua daerah.
Satu dari tiga responden survei konsumen baru-baru ini yang dilakukan oleh FMCG Gurus atas nama BENEO mengatakan bahwa mereka sekarang melihat diri mereka sebagai vegetarian yang fleksibel dan sedang mencoba untuk mengurangi asupan daging.
Survei tersebut juga menegaskan data tren sebelumnya yang menunjukkan bahwa konsumsi daging tampaknya menurun seiring bertambahnya usia, dengan 37 persen dari lebih dari 55 orang di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka sekarang fleksibel dan dengan konsumen yang lebih muda semakin menyukai pola makan vegetarian atau vegan.
Sementara seperempat konsumen juga bersedia membayar premi untuk produk nabati. Akibatnya, protein nabati ditempatkan dengan baik untuk memanfaatkan permintaan konsumen yang terus meningkat.
Tren permintaan juga meningkat pada protein gandum. Meskipun protein nabati seperti kacang polong, beras, dan kanola mulai terasa, pada 2019, protein gandum telah berkembang menjadi protein nabati yang paling banyak digunakan dalam peluncuran produk alternatif daging baru. Popularitas protein gandum, sebagian, karena fakta bahwa ia sangat cocok untuk menciptakan konsep makanan nabati yang bergizi dan lezat.
"Protein gandum tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan protein tetapi juga rendah lemak. Ia juga dikenal memiliki rasa yang lebih rendah daripada sumber protein nabati terkenal lainnya," ujarnya dalam siaran pers, Senin (7/12/2020).
Protein gandum adalah salah satu pengganti daging yang paling menjanjikan untuk burger, nugget, dan sosis vegetarian tanpa daging. Philippsen menyebut berdasarkan survei, 53 persen responden mengatakan bahwa protein gandum terdengar sangat alami dan 50 persen lainnya mengatakan kedengarannya sangat sehat.
Terlepas dari berbagai manfaat protein nabati, seperti kesehatan dan keberlanjutan, masih ada hambatan tertentu untuk konsumsi massal pengganti daging. Ini termasuk persepsi konsumen seputar rasa dan meningkatnya biaya alternatif daging. Tekstur dan rasa tetap menjadi masalah utama konsumen.
Faktanya, banyak konsumen yang percaya bahwa makanan vegetarian rasanya hambar, sedangkan 42 persen tidak menyukai rasa pengganti daging. Sampai saat ini, rasa protein nabati memiliki efek yang membatasi daya tariknya.