Bisnis.com, JAKARTA - Wanita yang mengalami stres psikososial berisiko tinggi terkena jantung koroner. Hal ini terungkap dari penelitian yang terbit di Journal of American Heart Association, baru-baru ini.
Stres psikososial adalah segala bentuk fenomena yang muncul baik dalam lingkungan kerja, tempat tinggal, maupun masyarakat yang bersifat menganggu mental individu yang bersangkutan.
Berdasarkan Studi Observasi Inisiatif Kesehatan Wanita (WHIOS) yang dilakukan tim peneliti dari Drexel University Dornsife School of Public Health di Philadelphia, pekerjaan dan ketegangan sosial meningkatkan risiko wanita terkena penyakit jantung koroner sebesar 21 persen.
Baca Juga Cara Mencegah Serangan Jantung |
---|
Kehidupan yang penuh tekanan dan interaksi atau hubungan sosial yang tidak baik juga meningkatkan risiko wanita terkena penyakit jantung koroner masing-masing 12 persen dan 9 persen.
"Ancaman stres terhadap kesehatan wanita ini tidak boleh diabaikan. Stres ini sangat relevan dengan pandemi," ujar Conglong Wang, penulis utama studi tersebut seperti dilansir dari Medical News Today, Jumat (16/4/2021).
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah penelitian besar membuktikan bahwa stres psikososial dari berbagai aspek kehidupan dapat berdampak pada risiko mengembangkan penyakit jantung koroner (PJK). Ini kemungkinan karena stres psikososial dapat mengganggu homeostasis, fungsi internal organ dan sistemnya yang dapat menyebabkan penyakit.
Akibatnya, stres dapat meningkatkan peradangan dan reaktivitas kardiovaskular yang mengakibatkan perubahan metabolisme dan akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Stres psikososial juga terkait dengan pola perilaku seperti konsumsi alkohol, merokok, atau tidak aktif secara fisik. Kondisi medis tertentu, termasuk diabetes dan hipertensi, juga memengaruhi risiko PJK.
Penelitian lain menyebut wanita lebih mungkin menyimpan tingkat stres yang tinggi, gejala emosional, dan fisik termasuk kelelahan serta depresi. Studi lain menemukan bahwa wanita mungkin terkena stres psikologis yang lebih jarang dialami pria.