Bisnis.com, JAKARTA –Ribuan wanita beranggapan vaksin Covid-19 berdampak jangka pendek pada siklus menstruasi bila disuntik ke tubuh. Apakah hal tersebut benarr?
Lebih dari 30.000 laporan ketidakteraturan menstruasi pascavaksin telah diterima oleh regulator medis Inggris. Di AS, peneliti Kate Clancy dan Katharine Lee telah mengumpulkan lebih dari 140.000 laporan dari orang-orang yang telah melihat perubahan dalam periode pasca-vaksinasi mereka.
Minggu ini BMJ menerbitkan sebuah laporan oleh Dr. Victoria Male, seorang dosen imunologi reproduksi di Imperial College London, dia mencatat bahwa hubungan antara vaksin dan perubahan menstruasi, bisa jadi masuk akal dan harus diselidiki.
Baca Juga Apakah Sehat Kalau Banyak Keringat? |
---|
Di AS, National Institutes of Health baru-baru ini memberikan US$1,67 juta kepada lima lembaga penelitian untuk mengeksplorasi hubungan potensial antara vaksinasi Covid-19 dan perubahan menstruasi.
Banyak bukti menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif. Ada banyak alasan yang tidak mengkhawatirkan mengapa vaksin dapat mempengaruhi siklus menstruasi untuk sementara.
Laporan Dr. Male, misalnya, mencatat bahwa efek samping apa pun mungkin merupakan hasil dari respons imun terhadap vaksinasi, daripada apa pun dalam vaksin itu sendiri.
Meskipun hal ini masih perlu dipelajari, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh aktivasi kekebalan.
Dr Male mencatat lebih lanjut bahwa kebanyakan orang yang melaporkan perubahan pada periode mereka setelah vaksinasi menemukan bahwa hal itu hanya berlangsung satu siklus. Juga tidak ada bukti bahwa ada efek pada kesuburan.
Ada fakta bahwa peserta dalam uji klinis vaksin virus corona tidak ditanyai pertanyaan spesifik tentang perubahan siklus menstruasi mereka. Mengapa tidak ada yang berpikir itu mungkin sesuatu yang layak untuk dikumpulkan datanya?
Dr. Kathryn Edwards, seorang profesor yang duduk di komite pemantauan data independen untuk vaksin Pfizer, mengatakan kepada NPR (National Public Radio) awal tahun ini bahwa kecepatan pengembangan vaksin yang dipercepat berarti bahwa energi setiap orang difokuskan untuk menemukan efek samping yang berbahaya.
"Saya ingin orang-orang mengerti bahwa kami tidak mengabaikan mereka, tetapi kami memiliki beberapa prioritas yang harus kami miliki," ungkap Edwards dilansir dari theguardian.com.
Membangun kepercayaan pada vaksin harus menjadi prioritas teratas. Kesenjangan data yang begitu besar adalah tempat berkembang biaknya informasi yang salah. Sementara lembaga medis telah mengabaikan hubungan antara vaksin dan menstruasi, banyak ahli yang sibuk menyebarkan teori konspirasi yang berbahaya.
“Keraguan vaksin di kalangan wanita muda sebagian besar didorong oleh klaim palsu bahwa vaksin Covid-19 dapat membahayakan peluang mereka untuk hamil di masa depan,” tulis Dr Male di BMJ.
Male menambahkan, bahwa jika gagal untuk menyelidiki secara menyeluruh laporan perubahan menstruasi setelah vaksinasi kemungkinan akan memicu ketakutan ini.
Melansir The Guardian, Senin (20/9/2021) siklus menstruasi itu sendiri sangat sulit untuk dipelajari, karena ada begitu banyak hal lain yang mungkin memengaruhinya.
“Beberapa bulan terakhir telah menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa betapa menakjubkannya sebuah vaksin, yang mana hal itu hanya efektif jika cukup banyak orang yang meminumnya. Dan jika Anda ingin berharap hal itu terjadi, maka industri medis perlu mulai menganggap serius wanita,” tutup Male.