otak
Health

Penyebab Terjadinya Penurunan Kognitif dari yang Ringan, hingga Berat

Ni Luh Anggela
Selasa, 21 Desember 2021 - 19:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi baru-baru ini telah mengidentifikasi beberapa faktor yang menentukan apakah seseorang lebih atau kurang mungkin untuk mengembangkan gangguan kognitif ringan. Temuan ini mungkin dapat memberi kita petunjuk mengenai siapa yang lebih mungkin mengembangkan demensia.

Para peneliti dari Universitas Columbia melakukan pengamatan pada 2.903 orang berusia 65 tahun atau lebih, dan melacak fungsi otak mereka selama sembilan tahun.

Gangguan kognitif ini didiagnosis dengan memberikan tugas memori dengan melihat apakah mereka melaporkan kesulitan saat melakukan tugas sehari-hari, seperti menggunakan telepon, dan belum didiagnosis dengan demensia.

Melansir weforum.org, Selasa (21/12/2021), pada awal penelitian, semua peserta memiliki fungsi otak yang normal. Enam tahun kemudian, 1.805 peserta memiliki fungsi kognitif yang normal, 752 memiliki gangguan kognitif ringan, dan 301 mengalami demensia. Para peneliti kemudian menindaklanjuti kelompok dengan gangguan kognitif selama tiga tahun.

Sayangnya beberapa peserta tidak dapat ditindaklanjuti,sehingga para peneliti hanya dapat mengamati 480 orang dari kelompok dengan gangguan kognitif ringan.

Sementara 142 orang masih memiliki gangguan kognitif ringan, mereka menemukan bahwa 62 orang dari kelompok ini sekarang menderita demensia. Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa 276 orang tidak lagi memenuhi kriteria untuk gangguan kognitif ringan -- yang menunjukkan kepada kita bahwa gangguan kognitif ringan tidak selalu permanen dan menyebabkan demensia.

Dari penelitian ini, pertama-tama mari kita lihat faktor-faktor yang terkait dengan faktor risiko yang lebih rendah terkena gangguan kognitif ringan.
1. Pendidikan
Waktu yang dihabiskan seseorang dalam pendidikan ternyata menjadi salah satu faktor yang menurunkan risiko seseorang mengalami gangguan kognitif ringan. Orang yang memiliki rata-rata 11,5 tahun dalam pendidikan, 5 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan gangguan kognitif ringan, bila dibandingkan dengan mereka yang hanya menghabiskan waktu selama 10 tahun dalam pendidikan.

Studi ini tidak membedakan antara jenis pendidikan, seperti sekolah atau pendidikan tinggi.

Satu teori untuk hubungan ini adalah karena waktu yang lebih lama dalam pendidikan terkait dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi, yang berarti seseorang memiliki akses yang lebih baik ke gaya hidup yang lebih sehat dan perawatan kesehatan yang lebih baik.

Sementara itu, teori lain adalah bahwa pendidikan membantu otak kita membangun lebih banyak neuron dan koneksi, yang membantu otak mempertahankan fungsinya dengan baik. Ini dapat membantu otak mengkompensasi setiap perubahan yang mungkin terjadi sebagai akibat dari gangguan kognitif ringan, seperti kehilangan memori.

2. Aktivitas santai
Orang yang lebih aktif secara fisik atau sosial memiliki risiko yang sedikit lebih rendah untuk mengalami gangguan kognitif ringan.

Untuk mengukur seberapa sosial atau aktif partisipan, peneliti meminta mereka untuk mengisi kuesioner tentang aktivitas yang mereka lakukan dan seberapa sering mereka melakukannya, seperti jalan-jalan atau pergi ke bioskop. Setelah itu, peneliti memberikan peserta skor dari 13. Semakin tinggi skor, maka semakin aktif peserta tersebut.

Mereka yang tidak memiliki gangguan kognitif ringan mendapat skor rata-rata 7,5, sedangkan mereka yang memiliki gangguan kognitif ringan mendapat skor sedikit lebih rendah, yaitu 7,4. Sementara, orang dengan demensia mendapat skor rata-rata 5,8.

Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa aktivitas intensitas sedang selama paruh baya atau akhir kehidupan dapat mengurangi risiko gangguan kognitif ringan. Efek perlindungan dari olahraga dapat dijelaskan dengan perubahan struktural yang menguntungkan yang terjadi di otak kita sebagai hasil dari olahraga. Bukti yang berkembang juga menunjukkan kepada kita bahwa bersosialisasi dapat membantu menjaga kesehatan otak dan menurunkan risiko kematian dini.

3. Penghasilan
Orang yang memiliki pendapatan lebih dari US$36.000 per tahun memiliki peluang 20 persen untuk mengalami gangguan kognitif ringan dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan kurang dari US$9.000 setahun.

Pendapatan mungkin terkait dengan risiko penurunan kognitif yang lebih rendah untuk alasan yang sama seperti pendidikan, karena orang dengan pendapatan lebih tinggi lebih mungkin untuk mampu membayar perawatan kesehatan yang lebih baik dan memiliki gaya hidup yang lebih baik pula. Selain itu, mereka mungkin juga tinggal di daerah dengan lingkungan yang baik, dimana banyak bukti yang menunjukkan bahwa polusi juga dapat dikaitkan dengan kondisi seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson.


Para peneliti dari Universitas Columbia juga mengidentifikasi beberapa faktor yang terkait dengan risiko lebih besar terkena gangguan kognitif ringan. Mereka termasuk:
1. Genetika
Kehadiran alel AP0E E4, salah satu dari dua atau lebih versi gen, ditemukan meningkatkan risiko pengembangan gangguan kognitif ringan sebesar 18 persen. Temuan ini sejalan dengan bukti sebelumnya, yang juga menunjukkan bahwa alel ini dapat meningkatkan risiko demensia.

Orang dengan AP0E E4 sekitar tiga kali lebih mungkin mengembangkan penyakit Alzheimer dibandingkan mereka yang memiliki varian gen AP0E yang berbeda. Varian ini diperkirakan membuat orang lebih mungkin mengakumulasi deposit protein beracun di otak, yang merupakan ciri dari penyakit Alzheimer. Peneliti juga berpikir bahwa gen ini hanya menyebabkan kerusakan pada mereka yang berusia lebih tua.

2. Kondisi kesehatan yang mendasarinya
Berdasarkan temuan para peneliti Universitas Columbia, orang dengan satu atau lebih kondisi kesehatan kronis seperti penyakit jantung, depresi atau diabetes memiliki risiko 9 persen lebih besar terkena gangguan kognitif ringan.

Mengalami beberapa kondisi kesehatan mungkin membuat seseorang menjadi kurang terlibat dalam kegiatan sehari-hari atau kehidupan sosial mereka.Kedua hal ini bisa mempercepat penurunan kesehatan otak. Kondisi lain, seperti penyakit jantung juga diketahui meningkatkan risiko penurunan kognitif.

Studi ini mengingatkan kita bahwa gangguan kognitif ringan tidak selalu merupakan awal dari demensia. Bahkan, beberapa peserta penelitian yang memiliki gangguan kognitif ringan akhirnya bisa kembali mendapatkan fungsi otak yang normal. Meskipun belum diketahui secara pasti mengapa, tetapi perubahan gaya hidup setelah diagnosis mungkin sangat membantu.


Otak kita dinamis, dan menjaganya tetap aktif sepanjang hidup kita merupakan hal yang penting agar otak kita dapat berfungsi dengan baik. Meskipun ada beberapa faktor risiko seperti genetik yang tidak bisa kita ubah, tetap aktif dan menerapkan pola hidup yang sehat mungkin merupakan salah satu cara untuk menurunkan risiko gangguan kognitif ringan dan demensia.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro