Bisnis.com, JAKARTA - Cacingan merupakan salah satu penyakit yang dianggap sepele. Biasanya penyakit ini baru disadari ketika perut terasa sakit. Namun, bila tak ditangani dengan baik, cacingan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. Bahkan, cacingan bisa ditularkan oleh Ibu yang tidak sadar akan masalah kebersihan.
Anggota UKK Infeksi Tropik IDAI Ayodhia Pitaloka Pasaribu mengatakan seseorang yang terinfeksi cacing bisa menghisap darah dengan sangat banyak.
“Misal, kita ambil contoh cacing tambang yang ada di Indonesia ya. Kalau seseorang kecacingan, maka cacing akan menghisap darah. Satu cacing dewasa bisa menghisap 0,1 cc darah tiap harinya. Maka, bisa membuat anemia, kita kehilangan zat besi hingga bisa menurunkan kecerdasan,” ungkapnya dalam Media Briefing Virtual Cacingan pada Anak, Jumat (03/2/2023).
Dirinya mengatakan, untuk saat ini, wilayah yang paling banyak penduduknya mengalami kecacingan adalah Sulawesi yakni sebesar 12,2 persen dan Nusa Tenggara Barat sebesar 12 persen.
Ibu Berpotensi Tularkan Kecacingan pada Anak
Larva atau telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh melalui tanah yang tercemar (soil transmitted helminthiasis). Kondisi kecacingan pun bisa mengenai semua orang, tapi anak-anak paling rentan.
“Sebagai contoh, orang yang punya investasi cacing di tubuh lalu buang air besar sembarangan, lalu dia meninggalkan kotoran di tanah. Lalu, di Indonesia ini kan tanahnya gembur, maka tanah hingga tanaman ini dikonsumsi dengan tidak dicuci yang bersih, maka telur cacing ikut tertelan,” ujarnya.
Baca Juga Cacingan! Bikin anak bodoh? |
---|
Faktor lingkungan, mulai dari air yang kurang bersih, makanan, kuku yang kotor, serta benda-benda yang terkontaminasi dapat membantu penyebaran cacing atau larva.
Bahkan, dirinya memaparkan ibu yang jarang cuci tangan bisa meningkatkan risiko anak kecacingan 5,8 kali lipat. Lalu, ibu yang jarang gunting kuku meningkatkan risiko anak kecacingan 4,1 kali lipat. Sementara itu, anak yang tidak gunting kuku akan berisiko 4,5 kali lipat kecacingan.
“Ini terlihat kala kami melakukan penelitian di ladang, biasanya keluarga yang bekerja di perkebunan sering mengajak anaknya. Lalu, mereka menyuapi sang Anak dengan tangan yang tidak bersih, dari situlah penularannya,” ungkap Loli.
Gejala Infeksi Cacingan
Loli memaparkan sejumlah gejala yang dialami seseorang, mulai dari adanya penurunan berat badan, pucat, tidak nafsu makan, mual, dan diare hingga yang ekstrem bisa mengeluatkan cacing dari mulut atau dubur
Di sisi lain, untuk cacing kremi, mereka punya tempat tersendiri untuk bertelur. Hidup di usus besar, cacing kremi akan turun ke anus untuk mengeluarkan 11.000 telur per cacing di malam hari.
“Cacing kremi setelah bertelur akan mati. Tapi, ketika malam hari kita merasa gatal, digaruk, bisa masuk lagi ke mulut, saat makan misalnya. Kremi juga bisa migrasi ke kemaluan dan bikin infeksi saluran urin,” katanya.
Pencegahan Infeksi Cacingan
Loli mengingatkan pencegahan infeksi cacing pada manusia adalah dengan membiasakan pola hidup sehat dan bersih terutama peranan orang tua untuk selalu mengawasi aktivias anak-anak mereka.
“Hindari anak-anak dari sumber-sumber penularan cacing, Menggunakan alas kaki setiap keluar rumah, Selalu mebersihkan tangan dan kaki dengan sabun setiap kali selesai bermain dengan tanah,” jelasnya.
Selain itu, Loli mengajak masyarakat untuk membiasakan diri dan anak-anak untuk selalu BAB di jamban, merebus air sebelum diminum, menjaga kebersihan makanan dari lalat dengan selalu menutup makanan hingga rutin konsumsi obat cacing minimal enam bulan sekali bagi lingkungan yang masih memiliki banyak tanah.