Bisnis.com, JAKARTA - Saraf kejepit (pinched nerve) adalah kondisi di mana saraf terjepit, tertekan, atau mengalami tekanan berlebihan di sepanjang jalur normalnya.
Bahkan diketahui, penyakit ini bisa mudah menyerang para kaum rebahan atau orang yang jarang bergerak dan melakukan banyak aktivitas.
Hal ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, termasuk tulang belakang, leher, bahu, lengan, pinggul, atau kaki.
Lantas benarkah itu?
Spesialis Ortopedi & Traumatologi I Made Buddy mengatakan ada hubungan antara seseorang terlalu sering rebahan dengan risiko terjadi saraf kejepit.
Kurangnya gerakan dan kegiatan fisik yang cukup dapat meningkatkan risiko saraf terjepit. Ketika kita tidak aktif secara fisik, otot-otot bisa menjadi lemah dan kaku.
“Jarang gerak ini berarti memiliki arti yang sama dengan jarang olahraga. Semua gerakan yang ada di tubuh kita baik itu sendi perlu itu perlu exercise demi mencegah penuaan diri,” kata sang spesialis tulang belakang pada Bisnis, Selasa (30/5/2023).
Menurut Buddy, jarang gerak atau kurangnya aktivitas fisik yang cukup dapat berkontribusi pada penuaan dini dalam tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis atau kondisi di mana tulang menjadi rapuh, tipis, dan rentan terhadap patah tulang.
Penuaan dini dapat menyebabkan berbagai perubahan pada tubuh, termasuk pada bantalan tulang belakang, yang disebut diskus intervertebralis. Diskus ini bertindak sebagai bantalan antara tulang belakang, memberikan fleksibilitas dan penyerapan kejutan saat bergerak.
Baca Juga Ini Manfaat Air Mineral bagi Kesehatan |
---|
Seiring penuaan, diskus intervertebralis dapat mengalami degenerasi dan kehilangan elastisitasnya.
Hal tersebut akhirnya dapat menyebabkan diskus menjadi rapuh dan rentan terhadap kerusakan atau herniasi.
Herniasi diskus terjadi ketika inti jaringan dalam diskus menonjol keluar melalui retakan atau robekan pada lapisan luar diskus. Jika herniasi ini terjadi di dekat saraf tulang belakang, dapat terjadi tekanan pada saraf tersebut, menyebabkan saraf terjepit.
Selain itu, untuk usia orang yang lebih dewasa, penuaan juga dapat menyebabkan perubahan pada jaringan tulang belakang, seperti pengapuran sendi (osteoartritis) atau peningkatan kekakuan pada tulang belakang hingga menyebabkan tulang belakang menjadi lebih kaku dan dapat berkontribusi pada risiko saraf terjepit.
Namun, perlu dicatat bahwa kondisi seperti herniasi diskus atau saraf terjepit tidak hanya terkait dengan penuaan dini, tetapi juga dapat terjadi pada berbagai kelompok usia.
Bahkan, dirinya menyebut ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya saraf terjepit, termasuk faktor genetik, gaya hidup, dan cedera sebelumnya.
Gaya Hidup yang Memicu Saraf Kejepit
Hal tersebut disampaikan oleh Jephtah Tobing, di mana ada sejumlah kelompok masyarakat yang rentan terkena saraf kejepit.
Dirinya menjelaskan, bagi orang yang bekerja di kantor dan menghabiskan banyak waktu duduk, sangat penting untuk melakukan peregangan dan istirahat teratur agar menghindari saraf terjepit dan masalah lainnya yang terkait dengan kurangnya gerakan.
“Penting untuk adanya ergonomi kerja, seperti postur atau cara duduk. Jadi, dengan duduk dalam waktu yang lama, biasanya otot atau pundak merasa pegal. Pada akhirnya yang kalah adalah tulang belakang, jadi kalau tulang sudah kena, mau itu istirahatnya cukup juga merasa tidak bugar dan nyaman," jelasnya.
Menurut Buddy, merelaksasi otot dan tulang belakang dengan istirahat setelah duduk lebih dari dua jam dan melakukan peregangan menjadi hal penting.
Lantaran, tindakan tersebut membantu mengurangi ketegangan pada otot dan memperkuat otot penyangga tulang belakang.
Obesitas atau kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan risiko saraf terjepit. Beban ekstra pada tubuh akibat obesitas dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada tulang belakang dan persendian, yang pada gilirannya dapat menyebabkan saraf terjepit.
Selain itu, obesitas juga dapat mempengaruhi keseimbangan postur tubuh dan memperburuk kondisi tulang belakang.
Tak hanya itu, penggunaan sepatu hak tinggi oleh perempuan juga dapat berpotensi memicu masalah saraf terjepit. Menggunakan sepatu hak tinggi secara terus-menerus dapat mempengaruhi postur tubuh dan menyebabkan tekanan berlebih pada tulang belakang, pinggul, dan kaki.
“Makanya kami sarankan kepada para wanita, kalau bisa jangan terus Hal ini dapat mengganggu keseimbangan postur tubuh dan meningkatkan risiko saraf terjepit,” ujarnya.