Bisnis.com, JAKARTA - Diet ketogenik atau keto sering dikenal sebagai diet untuk menurunkan berat badan yang menggunakan pola makan rendah karbohidrat dan tinggi protein.
Diet ini adalah salah satu diet yang paling banyak dijalani oleh orang-orang.
Dilansir dari Harvard Health, sebenarnya diet keto berbeda dengan apa yang sering beredar.
Diet keto bukan hanya fokus pada protein, tetapi juga berpusat pada lemak yang memasok sebanyak 90 persen kalori harian. Diet ini bukan jenis diet yang dilakukan untuk sebuah percobaan.
"Diet keto terutama digunakan untuk membantu mengurangi frekuensi serangan epilepsi pada anak-anak. Meskipun juga telah dicoba untuk menurunkan berat badan, hanya hasil jangka pendek yang dipelajari dan hasilnya beragam. Kami tidak tahu apakah itu bekerja dalam jangka panjang atau juga tidak aman, " kata Kathy McManus, ahli diet dan direktur Departemen Nutrisi di Brigham.
Diet ini bertujuan untuk memaksa tubuh Anda menggunakan jenis bahan bakar yang berbeda. Biasanya, tubuh mengandalkan glukosa yang berasal dari karbohidrat, seperti biji-bijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Namun, diet keto mengandalkan sejenis bahan bakar yang dihasilkan hati dari simpanan lemak.
Dilansir dari Healthline, penelitian mengenai diet keto menemukan bahwa diet ini dapat membantu memperlambat pertumbuhan tumor kanker, tetapi juga dapat dikaitkan dengan risiko sindrom wasting. Para peneliti melakukan penelitian ini menggunakan hewan pengerat tikus dengan kanker kolorektal dan kanker pankreas.
Mereka mengevaluasi efek dari diet normal dan diet keto. Ditemukan dalam penelitian tersebut bahwa pertumbuhan tumor secara signifikan tertunda pada tikus yang diberi diet keto. Hal ini terbukti bahwa diet tersebut memiliki efek anti tumor yang kuat.
Namun, tikus yang menjalani diet keto juga lebih mungkin mengembangkan cachexia kanker atau sindrom wasting, yakni kehilangan massa otot dan jaringan lemak dalam jumlah besar. Kondisi ini dapat memperpendek kelangsungan hidup mereka dibandingkan dengan tikus penderita kanker yang mengikuti diet normal.
Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang mengonsumsi diet keto tidak dapat menghasilkan cukup kortikosteron, yaitu hormon yang membantu mengatur efek kesehatan diet tersebut. Akibatnya, tikus terus mengalami penurunan berat badan.
"Dengan diet keto (pada tikus), sel kanker mati lebih cepat, tetapi kehilangan berat badan yang sangat banyak sehingga mereka mati lebih awal," kata Dana Ellis Hunnes, ahli diet klinis senior di UCLA Medical Center.
Menurut Hunnes, bergantung pada jenis kankernya, sel akan memakan glukosa. Oleh karena itu, ketika Anda menghilangkan glukosa pada tubuh, sel kanker akan mati karena tidak memiliki bahan bakar dan energi yang mereka butuhkan untuk tumbuh.
Menurut Rachel J. Perry, asisten profesor fisiologi seluler & molekuler dan penyakit dalam (endokrinologi) di Yale School of Medicine, walaupun memiliki risiko menimbulkan sindrom wasting, kemungkinan cachexia tidak sepenuhnya meniadakan potensi manfaat diet keto pada penderita kanker.
Ada beberapa jenis kanker yang jarang terjadi cachexia. Ada waktu dan tempat diet keto disarankan untuk pasien kanker. Pasien yang disarankan adalah mereka yang menderita kanker stadium awal untuk kanker yang jarang terjadi cachexia. Pada pasien kanker metastatik yang berisiko cachexia, diet keto mungkin bukan ide yang baik.
Banyak penderita kanker berisiko kehilangan banyak berat badan. Jadi sebelum memulai diet baru, penting untuk bekerja sama dengan profesional yang dapat mengevaluasi kebutuhan kesehatan dan mengembangkan rencana makan yang aman dan efektif.