Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini, kita sering mendengar istilah "playing victim" yang merujuk pada perilaku seseorang yang cenderung melempar kesalahan kepada orang lain dan merasa sebagai korban dalam situasi tertentu. Meskipun setiap individu memiliki karakteristik unik, perilaku playing victim bisa sangat menguras energi dan pikiran.
Hal ini dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk di tempat kerja, di sekolah, dalam hubungan percintaan, dan bahkan dalam keluarga. Dalam jangka panjang, perilaku playing victim dapat membawa dampak negatif dalam kehidupan kita. Apa itu playing victim yang sebenarnya? Berikut penjelasan lengkapnya.
Apa Itu Playing Victim?
Playing victim merujuk pada perilaku seseorang yang cenderung selalu menempatkan dirinya sebagai korban dalam suatu masalah atau konflik. Mereka menganggap bahwa orang lain harus bertanggung jawab atas penderitaan atau masalah yang mereka alami.
Perilaku playing victim seringkali sangat manipulatif dan dapat membuat orang di sekitarnya merasa bersalah, meskipun mereka tidak bertanggung jawab atas situasi tersebut. Dalam konteks psikologi, perilaku playing victim dapat dianggap sebagai bagian dari kepribadian yang memiliki sifat manipulatif, dan dapat dianggap sebagai perilaku toksik.
Mereka sering mengubah narasi situasi untuk menghindari tanggung jawab dan mencari simpati dari orang lain. Dengan kata lain, playing victim adalah julukan untuk mereka yang menciptakan cerita untuk melindungi diri mereka sendiri dan menghindari akibat dari tindakan atau kesalahan mereka.
Ciri-Ciri Playing Victim
Bagaimana Anda bisa mengenali seseorang yang melakukan playing victim? Berikut adalah beberapa ciri-ciri perilaku playing victim:
- Terlalu Mengasihani Diri Sendiri: Mereka sering mengekspresikan perasaan kasihan kepada diri sendiri dan menganggap diri mereka sebagai orang yang paling menderita dalam situasi tertentu.
- Haus Validasi dan Perhatian Orang Lain: Mereka selalu mencari validasi dan perhatian dari orang lain dengan menceritakan pengalaman-pengalaman mereka yang menyedihkan.
- Berpikir Masalah adalah Malapetaka: Mereka cenderung membesar-besarkan masalah dan percaya bahwa masalah tersebut adalah bencana terbesar yang bisa menimpa mereka.
- Merasa Tidak Mampu Mengatasi Masalah: Mereka merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dan cenderung melarikan diri dari masalah tersebut.
- Enggan Mencari Solusi: Mereka tidak mau mencari solusi untuk masalah mereka dan cenderung berfokus hanya pada masalah itu sendiri.
- Lepas Tangan dari Tanggung Jawab: Mereka cenderung melemparkan tanggung jawab atas masalah kepada orang lain dan enggan mengakui kesalahan mereka.
- Melebih-lebihkan Keadaan: Mereka cenderung melebih-lebihkan keadaan dan menciptakan drama untuk mendapatkan simpati orang lain.
- Sulit Mengakui Kesalahan: Mereka sulit mengakui kesalahan yang mereka lakukan.
- Senang Menyalahkan Orang Lain: Mereka senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka alami.
- Memanipulasi Orang Lain agar Merasa Bersalah: Mereka mencoba memanipulasi orang lain agar merasa bersalah dan bersimpati padanya.
- Mengulangi Kesalahan yang Sama: Mereka sering kali mengulangi kesalahan yang sama dan menyalahkan orang lain untuk itu.
- Tidak Bahagia dengan Hidup: Mereka cenderung merasa tidak bahagia dengan hidup mereka dan menyalahkan orang lain atas ketidakbahagiaan itu.
Contoh Perilaku Playing Victim
Sebagai contoh playing victim, seseorang yang sebenarnya menyadari bahwa dia salah dalam suatu masalah mungkin akan menyalahkan orang lain sebagai bentuk perlindungan diri. Mereka mungkin akan mengatakan, "Padahal aku tidak menginginkannya, tapi kamu memaksaku untuk melakukannya. Ini semua salahmu!"
Penyebab Playing Victim
Perilaku playing victim tidak muncul begitu saja; ada berbagai alasan yang dapat mendorong seseorang untuk mengadopsi perilaku ini, baik secara sadar maupun tidak. Beberapa penyebab umum perilaku playing victim antara lain:
- Gangguan Kepribadian: Orang dengan gangguan kepribadian, seperti narsisme dan manipulatif, cenderung melakukan playing victim untuk menarik perhatian dan menghindari tanggung jawab.
- Trauma Masa Lalu: Seseorang yang memiliki pengalaman trauma masa lalu mungkin menggunakan perilaku playing victim sebagai mekanisme pertahanan diri ketika mereka menghadapi masalah. Mereka akan menciptakan cerita penderitaan untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka.
- Merasa Kecewa: Merasa kecewa adalah perasaan alami yang dapat dialami semua orang. Namun, perilaku playing victim menjadi masalah ketika seseorang mengaitkan semua kekecewaan dalam hidup mereka dengan orang lain, bahkan jika mereka sendiri adalah penyebabnya.
- Moral Elitisme: Moral elitisme adalah sikap di mana seseorang merasa mereka adalah orang yang paling baik dan tidak pernah bersalah. Mereka enggan merenungkan diri atau memahami perasaan orang lain. Sebaliknya, mereka menilai orang yang mengkritik mereka sebagai tidak bermoral.
- Pengulangan: Terkadang, seseorang mungkin melakukan playing victim berulang kali karena mereka mendapatkan kepuasan atau perhatian ketika mereka mendapat belaian dan perhatian dari orang lain. Ini adalah contoh playing victim yang sadar.
Cara Menghadapi Orang yang Playing Victim
Bagaimana seharusnya Anda menghadapi seseorang yang melakukan playing victim? Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi mereka:
- Mencoba Memberikan Masukan: Cobalah untuk berbicara dengan mereka dan memberikan masukan jika mereka terbuka untuk mendengarkannya. Jangan terbawa emosi, dan yakinkan mereka untuk mencari solusi.
- Pertimbangkan Dampaknya: Pertimbangkan dampak dari interaksi dengan mereka. Jika membantu mereka tidak membuahkan hasil positif atau malah merugikan Anda, pertimbangkan untuk menjaga jarak.
- Buat Batasan yang Sehat: Tentukan batasan yang sehat dalam interaksi Anda dengan mereka. Jelaskan sejauh mana Anda bersedia terlibat dalam masalah mereka.
- Alihkan Pembicaraan: Jika percakapan mulai mengarah ke arah negatif, cobalah untuk mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih positif atau mencari solusi.
- Jaga Jarak: Jika semua upaya gagal dan interaksi dengan mereka merasa merugikan Anda, jaga jarak untuk menjaga kesehatan mental dan emosi Anda.
Jika Anda memiliki seorang teman atau anggota keluarga yang melakukan playing victim, ingatlah bahwa tidak selalu mudah untuk mengubah perilaku mereka. Mereka mungkin membutuhkan dukungan profesional, seperti konseling atau terapi, untuk membantu mengatasi masalah mereka. Tetapi yang terpenting, jaga kesehatan dan kesejahteraan Anda sendiri dalam prosesnya.