Bisnis.com, JAKARTA - Pola makan merupakan salah satu gaya hidup yang menentukan kesehatan seseorang.
Dengan pola makan yang buruk, bisa membuat kesehatan seseorang menjadi buruk pula.
Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menerapkan pola makan yang sehat.
Padahal, menurut Agnes Malipu, Country Director GAIN pola konsumsi makanan telah menjadi faktor risiko utama yang berkontribusi pada angka kesakitan dan kematian di Indonesia.
Diantaranya diantaranya adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, dan peningkatan gula darah atau diabetes.
Faktor risiko ini disebabkan karena kesadaran dan kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan sehat masih rendah.
"Kondisi ini juga tentunya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pangan dimana ketersediaan pilihan untuk makanan sehat masih terbatas dan juga masalah keterjangkauan dan pemahaman masyarakat”, ujarnya.
Untuk membantu masyarakat Indonesia dalam memilih makanan yang lebih sehat, pemerintah Indonesia telah mewajibkan produsen pangan olahan dan siap saji untuk menerapkan labelan label informasi nilai gizi dan informasi kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.30 tahun 2023.
Selain itu, produsen pangan olahan dapat menerapkan logo pilihan lebih sehat pada produknya. Berdasarkan Peraturan BPOM No 26 Tahun 2021, terdapat 20 kategori pangan olahan yang dapat menggunakan logo tersebut.
“Namun demikian, implementasi peraturan-peraturan tersebut masih belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan lagi termasuk mengedukasi masyarakat akan pentingya membaca label informasi nilai gizi agar juga dapat mendorong produsen makanan dan minuman untuk menyediakan pilihan makanan yang lebih sehat dan memudahkan konsumen untuk memilihnya dengan menerapkan logo pilihan lebih sehat," tambahnya.
Salah satu pola makan yang kurang sehat banyak ditemui di sekolah-sekolah. Penggunaan garam dan penyedap rasa berlebihan kadang identik dengan jajanan di sekolah yang tentu saja tidak baik untuk anak-anak.
Untuk mengurangi kebiasaan tersebut, enam kelompok remaja dari beberapa sekolah mempresentasikan aksi nyata mereka dalam mendorong penerapan label pangan dan pilihan pangan yang lebih sehat di sekitarnya.
Ernin Fitria, Kepala Sekolah SMP Ma’arif NU Jakarta mengatakan pihaknya telah mengeluarkan kebijakan agar penjual makanan di kantin sekolah menerapkan informasi nilai gizi pada panganan siap saji yang dijual.
Kebijakan ini telah mendorong pengurangan penggunaan garam oleh pedagang di kantin sekolah. Aksi mereka ini merupakan bagian dari program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dengan dukungan pendanaan dari Fondation Botnar.
Program ini bertujuan merubah perilaku remaja agar mengkonsumsi manakan yang lebih sehat melalui 3 komponen kegiatan yaitu edukasi gizi dengan inovasi aplikasi permainan Health Heroes Nutrihunt, pelibatan remaja yang bermakna, dan perbaikan lingkungan makanan untuk mendukung pilihan makanan yang lebih sehat.