Bisnis.com, JAKARTA - Sistem pencernaan bisa dibilang sebagai 'second brain' karena memiliki bermacam bakteri yang mengatur dan menjaga kesehatan tubuh. Mikroba itu biasanya disebut gut mikrobiota atau mikroba dalam usus.
Menurut Dr. dr. Stevent Sumantri, SpPD, K-AI, DAA, FINASIM
sistem pencernaan tidak hanya sebatas mencerna makanan, melainkan berperan untuk menentukan kondisi kesehatan pada tubuh seseorang melalui makanan yang dikonsumsi.
Saat tubuh seseorang banyak mengonsumsi makanan tidak sehat, maka bakteri tersebut akan beradaptasi dan pada akhirnya memberikan sinyal kepada otak untuk terus mengonsumsi makanan tersebut.
"Ternyata metabolisme dari bakteri saluran cerna kita itu yang menentukan apakah orang itu akan gemuk, apakah orang itu akan kurus, apakah orang tersebut akan terkena penyakit metabolisme," kata Stevent kepada wartawan, Rabu (27/3/2024).
"Saluran cerna kita punya lebih dari 100 juta ujung saraf yang berinteraksi dengan metabolisme dari bakteri-bakteri saluran cerna yang memprediksi atau memengaruhi pola pikir kita, kita sukanya makan apa, " sambungnya
Stevent menjelaskan metabolisme pada sistem pencernaan memiliki akurasi 90% untuk memprediksi kondisi kesehatan seseorang, dibandingkan faktor genetik yang berkisar 20%-30%.
Pada dasarnya, kata Stevent, makanan yang kita konsumsi bukan diperuntukan secara langsung untuk sel dalam tubuh, melainkan bakteri dalam pencernaan yang akan memproses makanan tersebut.
Dia mengungkapkan setiap orang memiliki bakteri yang berbeda-beda yang bisa dipengaruhi dari letak geografis, tempat tinggal, hingga cara dilahirkan . Dampaknya adalah kondisi kesehatan seseorang juga berbeda dalam menghadapi virus atau bakteri yang menyerang tubuh.
Lantas, bagaimana jika gut mikroba mengalami masalah?
Stevent menuturkan ketika gut mikroba mengalami masalah bisa menimbulkan beberapa penyakit seperti diabetes, alergi, dan obesitas. Penyebabnya kembali lagi kepada pola hidup yang diterapkan.
"Begitu mikroba saluran cerna kita bersifat inflamatorik atau peradangan itu akan memicu adanya gen reaction atau reaksi berantai yang pada akhirnya menyebabkan berbagai macam penyakit kronik yang saat ini banyak ditemui di masyarakat," jelas Stevent.
Gut mikroba bisa saja menjadi bakteri jahat yang sulit menerima makanan sehat. Hal ini disebabkan karena ketidak bergaman dalam mengonsumsi makanan. Salah satunya adalah rasa nyeri yang disebabkan mengonsumsi sayur, di mana mikroba tidak memproses sayuran sehingga sayur berubah menjadi racun di dalam tubuh.
"Kenapa orang-orang tertentu begitu dia coba makan sehat, banyak sayur. Sendi-sendinya malah sakit atau keluhannya semakin hebat, karena bakterinya tidak baik. Begitu orang-orang tersebut dikasih makanan tinggi serat ditambah makanan fermentasi, keluhannya membaik. Karena mikroba saluran cernanya menjadi beragam," paparnya.
Dia menyarakan supaya masyarakat mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang agar mikroba di sitem pencernaan tidak mengalami masalah. Menurutnya tidak masalah untuk mengonsumsi makanan tinggi lemak serta garam, seperti junk food dengan catatan tidak berlebihan. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)