Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Penyakit ini dapat terjadi karena faktor genetika dan pengelolaan kehidupan yang tidak sehat pada manusia.
Dalam kondisi tertentu, penyakit jantung dapat kambuh secara sering, apabila kondisi tubuh manusia mengalami penurunan.
Sama dengan penyakit lainnya, penyakit jantung memiliki kategori risiko bagi para penderitanya. Risiko rendah atau low risk dikategorikan bagi pasien yang tidak memiliki permasalahan akut, dan dapat diobati dengan jenis pengobatan yang tepat.
Risiko tinggi atau high risk dikategorikan bagi pasien yang memiliki permasalahan akut, serta penyakit komorbid lain yang dimiliki. Kondisi ini yang membuat pasien jantung harus mengalami tindakan operasi pada jantung.
Tentunya untuk melakukan tindakan operasi tersebut, harus dilakukan beberapa indikasi yang tepat. Dokter akan mengambil tindakan apabila ditemukan kebocoran pada serambi kiri dan bilik kiri jantung.
Kebocoran ini yang menyebabkan overload pada volume hingga menyebabkan kegagalan pada jantung.
Dalam live streaming Instagram yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Amin Tjubandi, Sp.BTKV (k) menjelaskan terkait alat Valve Clamp yang baik bagi penderita jantung high risk.
Seminar tersebut mengambil tema “Operasi Jantung Minimal Invasif Menggunakan Valve Clamp Pada Pasien High Risk”. Dalam seminar tersebut beliau mengatakan “Perkembangan zaman dan teknologi yang ada pada saat ini, memberikan banyak perubahan yang tepat, salah satunya adalah valve clamp ini,” ungkapnya pada (26/04).
Valve clamp merupakan salah satu alat yang dikembangkan melalui perkembangan teknologi kesehatan. Alat ini memiliki manfaat yang tepat, bagi para pasien jantung dengan kategori high risk.
Penggunaan valve clamp umumnya digunakan pada pasien jantung kategori low risk. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, valve clamp ini dikembangkan sebaik mungkin hingga membentuk sebuah clip kecil. Bentuk valve clamp yang akan digunakan saat operasi adalah clip kecil, yang akan menjepit area khusus di sekitar jantung.
Dalam penjelasan yang disampaikan dr. Amin Tjubandi, Sp.BTKV (k), dirinya menyebutkan bahwa penggunaan valve clamp perlu diperhatikan, terkait kategori para pasien seperti:
1. Pasien jantung yang berada pada usia 70 tahun keatas
2. Pasien yang memiliki penyakit komorbid
3. Pasien yang memiliki riwayat pasca operasi jantung
Ketiga hal ini dikategorikan sebagai golongan khusus yang mendapatkan penanganan khusus pada masa operasi. Penggolongan ini juga dilihat atas dasar tingkat risiko yang akan berdampak pada kesehatan jangka panjang.
Namun, ada beberapa keuntungan yang dirasakan oleh para pasien pada saat melakukan operasi dengan bantuan valve clamp, yaitu:
1. Orientasinya lebih jelas
Orientasi yang dimaksud dalam hal ini adalah terkait kepentingan kesehatan pasien yang lebih terjaga dan aman pasca operasi.
2. Tidak banyak membutuhkan transfusi darah
Operasi yang dilakukan dengan valve clamp, tidak membutuhkan waktu yang lama dan jumlah transfusi darah yang digunakan lebih rendah dari operasi lainnya.
Hal ini dikarenakan peran dari valve clamp yang akan membuat jalannya operasi menjadi singkat, dan memakan biaya yang banyak.
3. Risiko luka yang rendah
Pasca menjalani operasi, tentunya tubuh manusia dipenuhi dengan luka disekitar area yang dibedah. Beberapa dokter mengatakan bahwa melakukan operasi dengan bantuan valve clamp, tidak membutuhkan alat operasi berat dalam jumlah yang banyak. Hasil akhir yang diraih dapat meminimalisir rasa sakit pada pasien.
4. Penyembuhan yang cepat
Pasca menjalani operasi, tubuh manusia membutuhkan waktu yang tepat untuk melakukan istirahat dan masa pemulihan dari operasi yang dijalani. Namun dengan penggunaan valve clamp, pasien dapat kembali beraktivitas setelah 8-12 hari pasca operasi jantung.
5. Melindungi estetika pada tubuh manusia
Selama proses operasi dilakukan, dokter dapat membedah area tertutup yang rawan terhadap luka. Luka tersebut dikhawatirkan menghalangi keindahan estetika dari seseorang. Ada beberapa dokter yang melakukan operasi pada area bawah lipatan payudara, supaya bekas luka yang tersisa dapat tertutupi dengan baik. (Maharani Dwi Puspita Sari)